Review (Telat Banget): Eat, Pray, Love

Setelah lebih 1 tahun dari masa rilisnya, akhirnya aku nonton juga film ini. Agak telat sih ya.. Tapi ya sudahlah ya.. Aslinya udah pingin nonton dari pas di rilis di Indo. Berhubung saat itu lagi sibuk hanimun jadi terlupakan deh. Pas udah pindah kesini juga tambah males nonton di bioskop karena mahal dan berasa ga worth it aja gitu bayar 150kr untuk nonton film ini. Ditambah lagi rating di IMDB juga cuma 5,2. Makin buyar deh keinginannya… Makanya baru setelah setahun akhirnya jadi ketonton juga karena bisa ngunduh yang versi HD.. (ninja)

Untuk yang belum tahu film ini tentang apa, resensinya seperti ini…

Photobucket

Buat kebanyakan orang, Elizabeth Gilbert (Julia Roberts) adalah orang beruntung yang telah memiliki segalanya dalam hidup ini. Ia punya suami, punya rumah, dan terlebih dari itu, ia punya karier yang bagus. Sayang, apa yang terlihat dari luar belum tentu sama dengan apa yang dirasakan di dalam. Gagal membangun rumah tangga idaman dan terpaksa harus bercerai dari suaminya membuat Elizabeth merasa kehilangan arah. Perlahan namun pasti ia mulai merasakan bahwa selama ini ia telah tersesat. Ia tak tahu lagi apa yang ia inginkan dalam hidup ini. Di titik nadir inilah Elizabeth lantas membuat sebuah keputusan besar. Ia ingin berkeliling dunia untuk mencari jatidirinya yang hilang. Dalam perjalanan ini, Elizabeth menemukan makna sejati kenikmatan dengan makan di Italia. Ia juga menemukan kekuatan doa saat berkunjung ke India dan akhirnya, tanpa disadari, ia menemukan kedamaian dalam cinta sejati yang ia dapatkan saat ia berada di Bali. Dari perjalanan ini pula Elizabeth menyadari bahwa sebenarnya ada banyak cara untuk membebaskan diri dan melihat dunia. (Sumber: Kapanlagi.com)

Resensinya sendiri menurutku cukup menarik. Sepertinya ada pelajaran berharga yang bisa diambil setelah selesai nonton. Sayangnyaaaaa.. pengharapan itu hanya mentok sampai di resensi aja karena kesan yang sama ga aku dapetin setelah selesai nonton filmnya. Aku ga merasakan empati untuk karakter Elizabeth yang diperanin oleh Julia Roberts itu. Yang ada malah aku ngerasa bete luar biasa sama karakternya. Bagiku si Elizabeth ini kayak anak kecil yang ga tau maunya apa. Aneh aja rasanya. Aku ga tau apakah dibukunya sendiri kayak gitu, atau film ini termasuk adaptasi gagal yang ga berhasil memunculkan esensi dari cerita aslinya. Selama 2 ½ jam perjalanan Elizabeth di film ini, aku baru bener2 meratiin filmnya waktu dia berkunjung ke Bali. Landscape Bali yang emang dasarnya udah indah, di film ini jadi indah Banget! Ga kerasa hampir aja nangis karena jadi kangen sama yang di Indo.. 🙁 tapi walaupun pingin nangis, but not for the right reason.. Seharusnya pingin nangis karena ceritanya, bukan karena liat Bali-nya.. ya ga..

Selain karakternya yang (menurutku nih yaa) annoying, konflik batin yang dia alami juga menurutku ga penting2 banget. Penyelesaiannya pun ya gitu aja.. Mungkin karena aku keburu antipati sama karakternya, jadi pas ngeliat perjalanannya dia ya berasa udah ga menarik aja gitu.

In the end.. walaupun bagiku film ini ga bagus2 amat, aku tetap ngasih nilai lebih (sedikit) karena film ini memunculkan Bali yang indah dan menunjukkannya ke seluruh dunia. Semoga abis ini Bali makin tenar yee…

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

2 thoughts on “Review (Telat Banget): Eat, Pray, Love

  1. Neng Rina

    hihihihi, aku malah belum nonton mbak 😀
    antara gak sempet dan gak tertarik karena udah keburu baca referensi dari orang-orang yang rata2 bilangnya gak bagus.

    Reply

    1. Bébé

      jangan nonton.. beli dvd bajakannya pun jangan.. sayang uangnya, mending beli dvd yang lain ajah..

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *