Cerita Pulkam Dengan Emirates

Ga seperti rencana pulang kampung tahun 2015 lalu yang sudah ditata rapi sejak 6 bulan sebelum berangkat, plan kami untuk pulkam kemarin bisa dibilang setengah dadakan. Niat awal kami sebenarnya pingin pulkam sekitar ramadhan tahun 2018 ini. Eh ternyata Bubu ada urusan kantornya, jadilah jadwalnya musti dimajuin dan kami pun memutuskan untuk pulkam sebelum tahun baru.

Karena agak dadakan (cuma punya waktu untuk ngurus semuanya — termasuk paspor-paspor adek E, 1,5 bulan sebelum berangkat), kami agak kelimpungan juga nyari tiket murah ke Indonesia. Ya kali deh, namapun berangkatnya mefet-mefet begitu, mau cari tiket promo mah udah di luar bayangan. Apalagi pilihan maskapai penerbangan yang ingin kami tumpangi juga ga banyak karena berbagai macam kriteria yang kami punya. Salah satu faktor utama yaitu harus 1 stop (karena kami bawa bocil, jadi ogah banget kalau musti transit berkali-kali), transitnya sebisa mungkin di tengah-tengah (supaya bocil ga kelamaan di pesawat setiap fase penerbangan) dan jam nya pun bersahabat dengan jam tidurnya bocil. Iyes, intinya sih semua berputar di sekitar gimana supaya bocil-bocil nyaman dan ga rewel.

Dari semua maskapai yang memenuhi kriteria kami di atas, pilihan jatuh ke Emirates. Ini pun karena keisengan Bubu nyari rute berangkat yang agak “nyeleneh”. Jadi bukannya langsung rute Copenhagen – Jakarta PP seperti biasa, Bubu nyoba pilihan multi city di website Emirates dan memasukkan rute Copenhagen – Singapura – Jakarta – Copenhagen. Dan ternyata eh ternyata… pilihan rute yang dicoba Bubu tadi menghasilkan harga tiket yang lumayan lebih murah dibanding rute CPH – Jakarta PP (bedanya sampe 8 jutaan makk).

Ya hayuklah kita sembari liburan ke Singapura kalo begitu! ???

Untunglah kami udah punya pengalaman cukup menyenangkan sewaktu menggunakan Emirates di kesempatan pulkam yang terdahulu, jadi ketika melihat harga lebih murah via Singapur ini, ga pakai lama, tiket pun langsung kami pesan. Apalagi baik rute CPH – Dubai dan Dubai – Singapura semua menggunakan pesawat Boeing A380 yang udah lama gue idam-idamkan. Ya ampuuun.. emang udah jodohnya lah ??.

✈️ Perjalanan CPH – Dubai

Untuk leg pertama ini kami memilih tempat duduk di bagian depan pesawat, di row tengah, persis di belakang tangga untuk naik ke lantai atas pesawat. Kebetulan karena status kami yang traveling bareng bayi di bawah 2 tahun, kami diperbolehkan memilih kursi tanpa biaya tambahan (iye, sekarang Emirates musti bayar biaya tambahan kalau mau pesan kursi sebelum waktu online check-in di buka.. Haaaah). Sayangnya karena saat itu pesawat cukup penuh, row tengah yang berisi 4 kursi pun terisi semua. Tapi karena kami dapat bulk head seat, jadi bagian kaki kerasa lega dan gampang untuk ngurus bocah yang kerjaannya pingin naik turun kursi terus. Overall servicenya pun lumayan. Typical pramugari/pramugara untuk rute ke CPH itu entah kenapa kebanyakan emang rada judes, tapi kemarin sih ga parah-parah amat.

Si kecil waktu nemplok ke bapaknya dan pas bobok telentang. Si kakak musti rela bagi tempat duduknya ?

Pesawat A380nya pun terasa legaa. Kami yang memilih duduk di bagian depan pesawat terasa lebih sepi dibanding bagian belakang. Sistem hiburannya juga sudah terbaru dengan layar yang besar. Aku sukaaaa ?

? Transit Dubai 

Dalam perjalanan kami menuju Singapura, kami harus transit di Dubai selama 3 jam lebih. Untuk kami yang membawa 2 bayi, durasi transit selama 3 jam cukup sempurna karena ga jadi terburu-buru untuk mengejar flight berikutnya. Turun pesawat, santai. Pindah terminal juga ga ngoyo. Musti antri security, ga spaneng. Pokoknya ya selow aja dari gate ketibaan menuju gate berangkat. Selama menunggu kami memilih duduk di salah satu fast food sambil biarin anak-anak main mainan yang didapat dari paket makanan + dari pesawat. Kami mulai boarding sekitar 1 jam sebelum jadwal pesawat berangkat dan take-off persis on time.

✈️ Perjalanan Dubai – Singapura

Leg kedua ini kami memilih posisi tempat duduk yang sama persis seperti sebelumnya. Karena jenis pesawat yang kami gunakan sama persis (dua-duanya A380), jadi sebelum masuk pesawat udah ada bayangan lah kayak apa bentuknya. Tapi kali ini kami berharap banget kalau satu row bisa kami kuasai sepenuhnya. Pan lumayan gitu 4 tempat duduk dijajah semua. Nyahahaha.. Alhamdulillah, harapan egois kami tadi ternyata terwujud karena kondisi pesawat yang ga terlalu penuh. Selama perjalanan anak-anak tidur di bagian tengah row (yang bisa diangkat sandaran tangannya) dan kami para orang tua musti rela meregangkan badan di kursi yang tersisa.

Si Adek nonton film favoritnya yang udah gue copy ke HP. Sementara itu si kakak pules banget tidurnya.

✈️ Perjalanan Singapura – Jakarta

Untuk perjalanan singkat antara Singapura dan Jakarta ini kami menggunakan maskapai JetStar yang sudah bekerja sama dengan Emirates. Code share flight gitu lah ceritanya, karena Emirates sepertinya ga melayani rute pendek di Asia. Pas liat kalau naik JetStar sempat ketar-ketir juga sih. Masalahnya kan JetStar itu budget airlines dengan max baggage yang berbeda dengan Emirates. Ntar bagasi kali kelebihan banyak dooong. Untunglah setelah konfirmasi ke pihak Emirates, ternyata jumlah bagasi kami tetap sama seperti yang didapat di flight Emirates (30 kg/org). So… fiuuuh.

Awalnya kami memilih untuk pulang ke Jakarta menggunakan jadwal penerbangan agak malam, sekitar jam 8 malam dari Singapura. Eh, beberapa minggu sebelum berangkat, tiba-tiba muncul email yang mengabarkan kalau jadwal flight kami diubah ke jam 2 siang. Sempet mangkel sih, karena nyokap dan adek gue udah beli tiket naik SQ yang juga terbang malam. Tapi gara-gara perubahan jadwal ini, kami jadi terpisah jauh saat ketibaan di Jakartanya. Tapi ya mo diapain lagi.

Ketika hari pulang dari Singapura tiba, kami menuju ke Terminal 1 bandara Changi. Nyoba self check-in di mesin yang tersedia ga bisa. Ternyata kami harus ngantri untuk check-in manual di konter JetStar. Untunglah kami masih mendapat jatah bagasi yang sama dari Emirates, karena kalau saja kena overweight, bayarnya lumayan juga. Posisi tempat duduk kami sudah disetting oleh pihak JetStar dan kami diberikan front seat yang seharusnya kursi berbayar jika kita memesan tiket di website JetStar. Alhamdulillah.

Ga cuma dapet front seat, ketika sudah duduk di pesawat, pramugara yang bertugas memberi kami masing-masing sebuah travel kit yang terdiri dari selimut, bantal leher, earmuff, dll. Minuman dan snack berupa muffin pun disuguhkan saat di perjalanan. Owalaaaah.. baru tau walau code share flight dengan budget airlines, kami masih dapet fasilitas tambahan. Hahahah ya maap norak ??.

Paket travel kit dan snack+minum yang kami dapat ketika terbang dengan Jetstar. Selimutnya nyaman banget dipake.?

✈️ Perjalanan Jakarta – Dubai

Flight pulang via Dubai ini mungkin adalah flight yang paling “penuh drama” yang kami rasakan. Drama pertama adalah saat kami online check-in via website Emirates, ternyata nomor tempat duduknya Jo untuk flight Dubai – CPH terlempar jauh dari kami bertiga. Tentu langsung gue panik. Yamasak si kakak sendirian selama perjalanan. Saat itu kami udah di bandara, jadi langsung gue dan Bubu mampir ke kantor Emirates di lantai dasar. Setelah gue jelaskan masalahnya ke ground staff Emirates dan musti menunggu 30 menit karena mereka harus email ke Emirates pusat di Dubai, akhirnya si kakak berhasil dipindahkan untuk duduk bareng lagi. Haaaah.. lega deh.

Kirain dramanya sampai situ aja, ternyata saya salah…

Saat kami udah mau check-in, eh si adek E tiba-tiba agak demam. Cari-cari obat penurun panas ga ketemu, akhirnya gue cuma ngasih fever patch aja di jidat si adek. Saat kami masuk pesawat dan duduk di kursi kami, tiba-tiba salah satu pramugari menegur kami dan bertanya tentang kondisi si adek, kenapa pakai tempelan di jidat. Kami jawab kalau dia tiba-tiba demam dan kira-kira mereka punya obat penurun panas bayi ga ya. Ga lama, beberapa pramugara senior mendatangi kami dan mulai ngecek kondisi si adek lagi. Setelah di cek dengan termometer yang ditempel di jidat, ternyata panas si E udah mencapai 39°C. Untunglah mereka punya obat penurun panas bayi yang langsung kami berikan saat itu juga.

Karena flight dari Jakarta ke Dubai ga terlalu ramai, saat pesawat udah mengudara kami disarankan untuk pindah tempat duduk ke row tengah yang kebetulan kosong. Jadi baik si kakak dan adek E dua-duanya bisa tidur terlentang supaya nyaman. Tapi drama tentu saja ga berakhir di sana. Di tengah-tengah perjalanan, adek E tiba-tiba batuk dan muntah. Baju dan celana gue sukses kena muntahannya plus sedikit jatuh ke lantai pesawat. Pramugari yang dari tadi membantu kami langsung sigap ngebantuin ngelap supaya baunya ga mengganggu penumpang yang lain. Aduh deeek ???.

Flight tengah malam dari Jakarta, cocok buat bawa bayi karena begitu masuk pesawat biasanya langsung teler semua | Adek yang lagi dikompres abis minum obat. Sedih liatnya ☹️☹️

But alhamdulillah, walau sempat panik karena si adek tiba-tiba demam, bantuan dari para pramugara & pramugari yang bertugas di flight kami kemarin sangat-sangat membantu kami berdua. Setiap beberapa jam sekali mereka nyamperin tempat duduk kami dan menanyakan kondisi Adek E gimana. Mukanya juga ga ada yang jutek/mutung selama perjalanan. ????? lah buat mereka.

? Transit Dubai 

Durasi transit kami di Dubai kali ini hanya sekitar 2 jam aja. Dan terasa banget bedanya dibanding saat kami transit otw ke Singapura. Rasanya baru aja duduk-duduk santai ngisi perut setelah melewati scan tas kabin, ganti terminal dan pit stop ke kamar mandi sebentar, eh udah musti ngantri masuk ke dalam gate lagi. Ga ada deh kesempatan buat liat-liat barang duty free, nyari last minute oleh-oleh atau sekedar ngerasa jejek di tanah dulu. Haaah.. kayaknya emang transit 3 jam itu udah paling ideal buat gue.

✈️ Perjalanan Jakarta – Dubai

Flight terakhir kami di perjalanan pulang kampung ke Indonesia. Seperti biasa, kami pasti memilih duduk di bulk head seat supaya si adek E gampang kalo mau bolak balik duduk sama papa atau mamanya. Tapi kali ini posisi tempat duduk kami persis di sebelah galley atau tempat menyiapkan makanan. Jadi setiap mulai dekat waktu pembagian snack atau makanan, langsung rame klontangan dan pramugara/i bolak-balik sliweran di samping kursi kami.

Positifnya? begitu pembagian makanan dimulai, kami yang mendapat pilihan paling awal. Jadi ga perlu takut kehabisan deh. Udah gitu kalau haus, tinggal ngelongok sedikit aja ke arah galley dan ga perlu nunggu lama untuk mendapat minumannya hehehe.

Kakak yang lagi sibuk makan | view of Dubai during take-off | Bulk head yang legaaaa. Cuma kurang kursinya nyender sampai telentang *itu mah bayar bisnis class aja kali Bee* ??

Satu hal yang lucu, ketika kami akan mendarat di Copenhagen, saat melihat keluar jendela, yang terlihat hanya langit berwarna abu-abu. Ga keliatan atas mana, bawah mana. Pokoknya ya grey aja gitu. Yang pasti terasa adalah pergerakan pesawat makin lama makin turun dan tiba-tiba aja terlihat laut dan 10 detik berikutnya pesawat landing dengan mulus di Kastrup. Ketika pesawat landing itulah orang-orang yang duduk di bagian belakang kursi gue kompakan tepuk tangan. Rame bener. Mungkin selama proses mau landing itu udah pada stress kali ya karena ga keliatan apa-apa sama sekali. Gue sendiri juga sempet shock sih pas liat pesawat kok mendadak udah di atas air aja.. langsung mikir horor ??.

* * * *

Overall, pengalaman kami pulang kampung menggunakan Emirates cukup menyenangkan. Makanannya enak (untuk standar makanan di pesawat yaa), pesawatnya selalu berangkat tepat waktu, awak kabinnya juga helpful banget (apalagi pas rute Jakarta – Dubai), jadwal flightnya sesuai yang kami mau, transit di tengah-tengah, dan waktu transit yang juga cukup OK. Bonusnya, untuk rute yang kami tumpangi nyaris semua menggunakan pesawat A380.

Minusnya? Airport Dubai yang gede banget. Dan entah kenapa, walaupun sama-sama menggunakan A380, tapi kok selalu kami mendarat dan berangkat dari terminal yang berbeda. Aku kan tjapek jalannyaaaa.. hiks hiks hiks. Udah gitu, seperti yang udah gue bilang di atas, sekarang kalau beli tiket dan ingin memilih kursi duluan harus bayar biaya tambahan (jadi kayak budget airline sih). Kan lumayan nambahnya kalo ber-4 yah ??. Yeah well… semoga lain kali pulkamnya ga dadakan jadi bisa dapet harga promo yang lumayan. So pas nambah milih kursi, ga pedih-pedih amat lah bayarnya. ??

Ada yang suka naik Emirates juga?

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

21 thoughts on “Cerita Pulkam Dengan Emirates

  1. Tiwie

    Spt blessing in disguise ya ?, krn plan pulkamnya di majuin. Malah dpt tix PP yg toddler friendly… Berkah,, heheheh.

    Adek E sakit apa kmrn Be? Tiba2 sumeng begitu?

    Reply

    1. Bébé

      Hahahah iyaaa.. untung juga suami iseng ngecek2 tiket pake jalan2 dulu ruteny ??

      Si E kayaknya flu. Emang dia lagi pilek sih, tapi ga tau kenapa hari itu kok malah demam ??

      Reply

  2. Pypy

    Belum pernah tapi nampaknya akan suka 😀

    Reply

    1. Bébé

      Bisa jadi pilihan untuk terbang long haul Py ??

      Reply

  3. Hayu Hamemayu

    Sayaaaaa ??‍♀️. Setuju makanannya enak dan staffnya helpful, dan transit di tengah itu yg paling oke menurutku. Tapi kalo safety, Singapore Airlines masih paling top, bisa bikin ga panik saat turbulence atau angin kenceng pas landing. Smooth bgt ?. Boleh juga tuh dicoba transit via Singapore klo lbh murah ?. Btw Jetstarnya dpt yg biasa Be? Bukannya sempit bgt yak?

    Reply

    1. Bébé

      Tadinya juga udah liat2 SQ, tapi karena mepet jadi udh mahal bgt harganya. Cuma kalau pake SQ rasanya harus nunggu anak2 gedean deh. Biar betah belasan jam di pesawat ??. Kalo kayak kemarin ini.. tobat deh ??

      JetStar dapet pesawat yang biasa sih. Karena rute mereka ke Jakarta pake pesawatnya itu doang kali yaa.. cuma lumayan kok seatnya. Suami ga ngerasa kesempitan. Kalo aku karena pendek jadi lega2 aja ??

      Reply

      1. Hayu Hamemayu

        Hahahaha, iya bener banget, secara transit emang the best di Dubai atau Qatar. Kami kemarin beruntung banget dapet tiket SQ yang murah meriah meskipun mepet (less than 4000kr each) jadi ga pikir panjang langsung book 😀 😀

        Ohhh, dulu soalnya sering pake Jetstar buat Perth-Bali tapi sempittt, lebih nyaman Virgin (terutama kalau pas diskon, hihi)

        Reply

        1. Bébé

          Whaaaaaaaat… 4000kr each? How? Kok bisa? Aku mau! #loh ahahahaha.. emang kalo segitu mah langsung aja ambil SQ ??

          Reply

          1. Hayu Hamemayu

            Hihi iya beruntung banget, pas promo agen gitu kayaknya, soalnya di web SQ harganya lain, sementara suami booking di agen kampus, aku via traveloka sama2 4000kr, bahagia bgt, padahal lumayan mepet waktunya, cuma emang tak pantengin itu web tiap menit, kalau harganya turun langsung beraksi ??

            Reply

  4. leonyhalim

    Be, gue dulu transit dari Amman via Sg ke Jakartanya juga naek Emirates walaupun short haul. Apa sekarang udah gak ada lagi yah yang short haulnya? Udah lama sih, udah 10 thn lalu hahaha. Jadul. Wah baru tau gue kl milih kursi kudu bayar segala. Apa krn sekarang semua airlines neken harga ya. Air NZ aja yg domestik jd ada pilihan non bagasi non meal. Demi efisiensi dan pengiritan.

    Reply

    1. Bébé

      Udah ga ada sekarang Le. Kalau ada flight mereka dr Jakarta ke Singapura gt paling ya code share sama JetStar. Berat di biaya operasional mungkin. Kalah sama budget air.

      Nah itu… pedih banget sekarang musti bayar kursi kalau mau milih duluan. Manalah lumayan harganya perorang dan musti bayar PP juga kan ??. Nunggu sampe online check in buka mana enak kalo bawa bocil. Kalau ortu yg pergi juga gt. Mereka maunya udh milih kursi dulu biar ga mikir lagi ntar duduk dimana. Emang harus ngejar tiket promo biar tambahannya ga bikin pedih ??

      Reply

  5. Lia Harahap

    Horor juga ya tiba-tiba di bawah udah laut aja. Itu kabut atau apa, Mbak? Kok sampe gak kelihatan? Apa sedang salju?

    Reply

    1. Bébé

      Iya lagi kabut banget kmrn. Dan posisi airport + landasan pacunya persis sebelah laut. Jadi ngaggetin aja waktu mau mendarat ??

      Reply

  6. ohdearria

    Aku blom perna naik Emirates, Be, tapi Jetstar dulu lumayan sering Perth-Bali. Aku mending naik Jetstar daripada Air Asia sih. Dulu Jetstar ada direct flight Perth – Jakarta, tapi uda 3 tahunan ini ga ada lagi so mau ga mau kalo mau direct harus naik Garuda deh, which is kadang harganya maharani aza. Well done for your trip back and forth, kebayang dengan bawa balita 2! xx

    Reply

    1. Bébé

      Memang beda jauh ya mbak antara AA dan JetStar yang rute ke Ostrali? Waaaah iya, lumayan juga berasa bedanya tuh kalo musti ganti ke Garuda. Kecuali pas lagi diskon tapi itu pun mereka jarang sale di websitenya yaa..

      Thank you mbak.. hahaha iya seneng juga bisa kelewat pulang pergi.

      Reply

      1. ohdearria

        Aku ga perna naik AA, Be kalo ke Jkt or Bali dari Perth, selalu naik Jetstar or GA. Parno aza sering denger dan baca about AA ?

        Reply

      2. ohdearria

        Aku ga perna naik AA, Be kalo ke Jkt or Bali dari Perth, selalu naik Jetstar or GA. Parno aza sering denger dan baca about AA ? Oh ya sekarang ada airline baru rute Perth-Bali namanya Batik Air, harga budge airline tapi full service kayak GA gitu. Aku blom perna coba sih, so blom bisa review.

        Reply

  7. Tanti

    Kyaa senang nama produk klien tercinta (Airbus A380) dimention sama Bebe XD.

    Belum pernah naik Emirates, mudah-mudahan bisa suatu hari nanti!

    Reply

    1. Bébé

      Waaaa… keren amat klientnya ?

      Aamiiin… semoga bisa nyobain A380nya juga yaaa

      Reply

  8. Dea

    Hi Bebe. Uda lama ga mampir sini, baru sempet mampir lagi hehe. Wah itu stress banget anak tb2 sakit di pesawat
    Untung ga rewel ya Be. Gw anak br 1 aja dan sehat bugar masih ketar ketir bawa anak naik pesawat haha. Btw dlu bgt gw pernah naik emirates. Kesannya emang bagus si. Tp skrg blm pernah naik lagi..

    Reply

    1. Bébé

      Halooo…
      Hahaha.. iya alhamdulillah banget sakitnya ga sampe rewel. Begitu seger langsung balik normal lagi jumpalitan ??

      Rutenya belom ada yang cocok ya buat naik Emirates? Tandanya harus main ke arah sini ?

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *