Ngalor Ngidul (Part-2)

# SFH (Study from home)

Sekitar satu atau dua minggu setelah kasus pertama pandemi COVID-19 muncul di Swedia, pemerintah Swedia memutuskan untuk menutup sekolah dari tingkat SMA ke atas. Artinya sekolah gue pun termasuk yang harus melanjutkan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh. Untunglah jaman udah maju ya, begitu keputusan ini diumumkan, sekolah langsung berinisiatif untuk menggunakan Microsoft Teams sebagai tempat belajar kami. Jadi pada saat jadwal yang seharusnya kami datang ke sekolah, sekarang diganti dengan kami berkumpul di meeting room dan hanya guru gue yang menyalakan video/audio dan menjelaskan materi hari itu.

Untuk 2-3 minggu pertama sih cara belajar seperti ini cukup efektif. Walaupun anak-anak sempat gue rumahkan sementara, tapi gue masih bisa menemukan waktu untuk mengulang video rekaman penjelasan hari itu. Apalagi materinya kebetulan masih cukup gampang, jadi ga pusing-pusing amatlah.

Keadaan berubah menjadi horor ketika kami memulai subjek baru minggu lalu. Kali ini kami harus belajar sedikit tentang backend dari proses web development dan aku pun mumeth.

OMG… aku tak paham blas…

Untunglah setiap sesi “meeting” selalu direkam dan kami bisa mengulang (dan mengulang dan mengulang sampai puluhan kali) materi yang ada. Kalau ga ada videonya… haaaah… entahlah…

Semenjak belajar di rumah ini gue juga ga pernah lagi duduk di ruangan yang sama. Kadang di ruang komputer, kadang di kamar, kamar tamu, balkon, etc. Sesuai lagi moodnya aja mau mejeng di mana ?

Meeting sekolah ditemani adek E || Belajar sambil nonton TV itu udah paling bener lah yaa ?

# Social distancing

Ga seperti negara-negara tetangga yang melakukan lockdown, Swedia hanya menghimbau supaya rakyatnya berlaku seperti layaknya orang dewasa aja. Alias, ya mari tahu sama tahu aja dah.. Udah gede kan? Ngerti risikonya kan? Merasa pinter kan? jadi ga perlu dilarang-larang harusnya nurut sendiri yaaa…

And you know what… ternyata approach seperti ini cukup disetujui oleh rakyatnya loh. Walau pertokoan masih buka seperti biasa, tapi terlihat lah perbedaan dibanding keadaan normal. Banyak perusahaan yang langsung mewajibkan untuk pegawainya kerja dari rumah. Bus dan kereta (setidaknya di propinsi Skåne tempat gue tinggal) yang biasanya ramai sekarang sepi penumpang. Alhamdulillah sampai sekarang, di propinsi Skåne ini termasuk yang paling sedikit dibanding daerah lain di Swedia. Dari sekitar 11ribuan kasus, di propinsi Skåne hanya 458 yang positif. Di Helsingborg sendiri katanya sekitar 72 orang positif. Walau ada prediksi di Skåne akan menyusul propinsi lain, tapi semoga aja prediksinya salah.. Stress aku mikirnya…

Balik lagi ke soal social distancing… Mungkin karena memang faktor kota tempat gue tinggal termasuk kota kecil, jadi untuk melakukan social distancing bukanlah hal yang sulit. Misalnya kami ngajak anak-anak untuk main sepeda atau ke jalan-jalan ke taman, jarang banget lah ketemu orang. Ditambah lagi gue dan Bubu pada dasarnya kermit ya, ga terlalu sering ngumpul-ngumpul ketemu orang, jadi ga terlalu berasa banyak perbedaan dibanding hari-hari biasa.

sakura pun ga mampu membuat orang-orang datang berkerumun

Tapi gara-gara pandemi ini, sekarang gue jadi horor kalau liat keramaian. Bawaannya pingin cepetan pulang, cuci tangan dan duduk manis di rumah aja. Pada ngerasa gitu juga ga sih? apa gue doang? ?


# Membulat bersama

Efek lain yang gue rasakan akibat pandemi ini adalah berat badan yang naik secara perlahan tapi pasti.

Waktu anak-anak masih gue rumahkan (sekarang sudah pada balik lagi sekolah), proses ngasih makan mereka itu seperti siklus yang tak pernah selesai. Karena itulah gue bikin beberapa kue kering dan cake supaya mereka selalu ada camilan.

Tapi secara emaknya suka celamitan, snack-snack buat bocah-bocah pun suka diembat sendiri. Belum lagi godaan kopi dalgona yang ternyata aku sukaaaa…

Sekarang sudah pasrah sajalah, anggap ini kegiatan program baru membulat bersama sekeluarga. Nanti setelah ini mari mengurus bersama juga ??.

Dalgona tak ada habisnya || Chiffon coklat, chiffon pandan, besok-besok chiffon apalagi yaa ?

Dan sekarang sudah tengah malam… seharusnya nyalain komputer untuk rewatch ulang materi tadi pagi kok ya malah ngeblog. Memang murid teladan sekali saya.. ?

Hah.. baiklah.. see ya when I see yaaa… Semoga kita semua sehat-sehat selalu yaaa.. aamiiin ❤️

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

5 thoughts on “Ngalor Ngidul (Part-2)

  1. Vicky Laurentina

    Enak itu kalo pemerintahnya nggak lock down lock down tapi pengusaha-pengusahanya sadar diri nyuruh work from home. Di negeri sini pengusahanya masih belain buka toko-toko, alhasil karyawannya terjepit situasi antara kudu mempertahankan pekerjaan sambil berjuang menghindari ketularan virus dari pengunjung.

    Reply

    1. Bébé

      Di sini kebanyakan toko masih buka kok. Mal pun masih buka. Karena mereka ga mampu juga kalau harus tutup dalam waktu yang lama. Cafe, bar dan restoran pun katanya masih penuh. Yang work from home kebanyakan yang kerja kantoran.

      Reply

  2. Melissa Octoviani

    enak ya be minimal masih bisa keluar menghirup udara segar… tapi aku juga sama, kemaren keluar belanja pun bawaannya jadi parno, dan akhirnya pengen cepet2 pulang dan mandi biar bersih…

    Reply

  3. Dixie

    Membulat bersama kayaknya kejadian di semua orang ya, soalnya bosen dikit langsung nyomot makanan 😀

    Reply

  4. Anggie

    samaan dong… kerjaan skarang sejak 50% wfh – 50% piket di kantor, bawaannya pengen lgs di rumah, kl abis keluar rumah, rempong segala2 barang dibeli di steril lah dicucilah… SOP ala rumah dijalanin.. tp poin plus nya kek nya ak mulai beredar lg ke blog teman2,hahaha… utk nge-blog masih nunggu momen lg… wish me luck ud mulai ngilangin debu di blog aku…

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *