Belajar dan Bermain di Sekolah

Atas requestnya Niee, gue jadi pingin share tentang pre-schoolnya anak-anak dan kegiatan-kegiatan apa aja yang biasa mereka lakukan di sana. Gue ga tau apakah sistemnya sama di seluruh Swedia, tapi setidaknya bisa memberikan bayangan lah ya, kira-kira pre-school di sini seperti apa sih.

Supaya ga bingung, mending gue mulai dari awal banget.

Jadi di Swedia, biasanya anak-anak diperbolehkan untuk masuk förskola (pre-school) jika kedua orang tuanya mempunyai kegiatan, seperti dua-duanya kerja, dua-dua sekolah atau nyampur ada yang kerja dan sekolah. Misal salah satu orang tuanya di rumah, maka si anak bisa ikut kegiatan sekolah hanya 3 jam/hari dan cuma bisa masuk 3 hari saja dalam 1 minggu. Biaya untuk ikut pre-school dihitung berdasarkan presentase pendapatan dari setiap keluarga, dan ada jumlah maksimumnya. Untuk jelasnya bisa dilihat di informasi di bawah ini.

Info dari website resmi kota Helsingborg.
Kurs SEK ke Rupiah saat post ini dibuat 1 SEK = Rp.1600,-

Enihooo.. untuk mendaftarkan anak-anak ke sekolah, kami harus menggunakan jalur resmi dari pemerintah kota Helsingborg. Ketika mendaftar, kami bisa memilih 3 pilihan pre-school yang kami mau dan setelahnya nama anak-anak akan dimasukkan sebagai waiting list di setiap sekolah. Misalnya di pilihan pertama kami masih harus menunggu lama, sementara di pilihan kedua udah bisa masuk, kami bisa memilih untuk tetap nunggu atau langsung masuk ke pilihan yang kedua. Alhamdulillah Jo waktu itu walau harus nunggu sekitar 1,5 bulan tapi bisa masuk ke sekolah yang kami inginkan.

Sekolah yang kami pilihkan untuk Jo kebetulan ukurannya cukup besar. Mereka mempunyai gedung sendiri, yang bagi kami salah satu plus luar biasa karena pre-school di sini seringnya berada di dalam gedung apartemen atau nyambung bareng di sekolah SD. Setidaknya kalau gedung sendiri, lebih fokus jagainnya dari orang-orang yang tidak diinginkan. Tapi yang jadi alasan utama kami memilih sekolah Jo adalah lokasinya yang dekat banget sama kantor suami. Jadi kalau antar atau jemput, gampang banget.

Sekarang, mari kita bahas kegiatan anak-anak di sekolah.

Kalau gue perhatikan kegiatan anak-anak selama di sekolah, rasanya setiap hari mereka hanya main, main dan main aja. Ga ada jadwal khusus jam segini sampai jam segini belajar A, habis itu harus belajar B, C dan D. Bebas aja. Biasanya kegiatan mereka dimulai dengan meeting pagi di kelas masing-masing. Di meeting pagi ini mereka saling absen siapa yang datang ke sekolah dengan bernyanyi bersama, lalu dilanjutkan dengan makan buah. Anak-anak bisa memilih mereka mau makan buah apa yang disediakan saat itu. Hal ini melatih mereka untuk mengutarakan keinginan mereka tanpa malu-malu.

Setelah itu mereka bisa memilih mau melakukan kegiatan yang mereka mau. Yang mau main lego, silahkan. Yang mau menggambar, bisa masuk ke ruang menggambar. Yang mau main “drama”, bisa ke ruang paling besar dimana ada kostum-kostum simple yang mereka bisa pakai. Main masak-masakan juga ok. Atau ngusun puzzle, building blocks, atau clay (semacam homemade play doh) juga boleh. 

Tapi walau keliatan ga beraturan dan cuma main terus bukan berarti sekolahnya ga fokus dalam mengajarkan anak muridnya. Kadang tiap beberapa bulan sekali, guru-guru di kelas Jo membuat satu tema besar. Contohnya saat menyambut natal kemarin, mereka membangun sebuah “ginger house” dari kardus-kardus yang bisa dicat sendiri. Setelah itu mereka diberi kebebasan untuk membentuk adonan ginger cookies masing-masing. Mereka juga belajar bernyanyi bersama dan membuat hiasan “chrismas tree” dari kertas-kertas A4 yang nantinya akan ditempel di dinding membentuk sebuah pohon besar.

Ga cuma berkutat di dalam kelas, anak-anak pun selalu mendapat kesempatan untuk main di luar. Ga hanya sekedar main ke halaman sekolah doang, tapi mereka juga kadang dibawa ke beberapa tempat khusus di sekitar kota. Misalnya, mereka beramai-ramai berjalan ke museum & taman di Helsingborg, berkunjung ke gedung teater di tengah kota atau naik bus ke pinggir pantai.

Oh iya, mereka pun ga kenal cuaca saat bermain keluar. Misalnya hujan atau turun salju, mereka tetap akan bermain. Kecuali saat udara extreme seperti angin kencang atau hujan deras banget, baru mereka ganti rencana menjadi aktivitas indoor. Karena itulah ortu selalu diingatkan untuk memperhatikan baju anak-anak mereka ketika datang ke sekolah. Misalnya musim dingin, jangan lupa jaket overall dan lapisan dalam supaya anak-anak tetap hangat (walaupun mereka kayaknya tahan banget dingin).

Main di tempat becek, ibunya mah cuma bisa pasrah aja musti nyuci overall.

Karena anak-anak berada di sekolah selama sehari penuh sampai sore, jadi makan siang pun sudah disediakan oleh pihak sekolah. Jam makan siang mereka duduk di ruangan kelas paling besar di bagian mereka dan menyantap hidangan hari itu. Setiap anak dibiasakan makan sendiri dan jika masih lapar bisa minta nambah sampai puas. Si kunyil adek E biasanya kalau udah doyan suka minta berkali-kali. ? Laper ma maruk emang beda tipis ya nak. Setelah itu anak-anak yang besar bisa kembali bermain sementara rombongan yang lebih kecil (termasuk adek E) di bawa ke kelas khusus untuk bobok siang.

Berhubung förskola di sini lebih berfungsi sebagai tempat penitipan anak (karena syarat ortu harus kerja/sekolah), maka interaksi antar ortu sangat-sangatlah terbatas. Kami ketemu satu sama lain cuma saat antar atau jemput anak-anak. Itu pun karena jam antar jemputnya ga fix, jadi belum tentu bisa ketemu orang tua yang sama tiap harinya. WA Grup? Igh mustahil. WA grup sama keluarga aja belum tentu punya, apalagi sama yang ga pernah ketemu sama sekali. ??

Untuk laporan kegiatan anak-anak selama seminggu biasanya selalu dituliskan di website khusus yang hanya bisa diakses oleh para orang tua dan guru sekolah tersebut. Laporannya pun hanya sekedar rangkuman kegiatan apa aja yang mereka lakukan selama seminggu itu dan hal-hal apa saja yang anak-anak pelajari. Contohnya, saat mereka melakukan kunjungan ke pinggir pantai, anak-anak melihat daun, ranting dan berakhir dengan percakapan menarik tentang itu.

Kalau dilihat secara sekilas memang kesannya anak-anak ga belajar apa pun dari sekolah. Wong kerjaannya cuma main sama jalan-jalan. Tapi setiap hari selalu aja gue amazed dengan perkembangan anak-anak. Terutama kakak Jo. Sepertinya setiap hari keluar kata-kata baru dari mulutnya yang bikin gue makin kagum. Kemampuan dia berkomunikasi juga makin lancar. Dia udah bisa berhitung dan mulai belajar menulis huruf dan angka. Udah tau membedakan bentuk dari lingkaran, kotak, etc. Tau nama-nama warna. Semua tanpa paksaan, belajar secara natural dari semua permainan yang mereka lakukan.

Tapi begitulah kira-kira suasana dan kegiatan anak-anak di sekolah. Walau memang sih, misalnya dibandingin dengan kemampuan anak-anak di Indonesia seumur dia yang udah bisa baca-tulis lancar, si Jo bakal terlihat “terbelakang” karena ga sanggup nyaingin. Dan jujur sih awal-awal gue sempat merasa sedih dan stress sendiri. Tapi sekarang gue udah ga peduli. Bahahaha.. Yang penting anak-anak senang ke sekolah dan belajar hal-hal baru dari kegiatan mereka hari itu, gue sudah bahagia. Urusan belajar nulis dan berhitung nanti aja lah. Toh orang Swedia pada telat belajarnya, ujungnya banyak yang pinter-pinter bisa bikin ini itu *berusaha nyenengin diri sendiri*. ?

 


Note:

Feature photo is a free stock photos from pexels.com

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

20 thoughts on “Belajar dan Bermain di Sekolah

  1. aftri

    Totally agree! Kalo di Asia ya kebanyakan orang sih ya, jadi over competitive :p Padahal ujung2nya kalo pinter banget sampe PhD malah susah dapat kerja :)))))) (aku bukan PhD sih, tapi tetep aja pengangguran).

    Ponakan gw yang barengan ama Jo lahirannya, juga belum bisa banget baca/nulis/dkk, Be. Sama nyokapnya dibiarin aja: “ntar juga bisa sendiri kalo udah sekolah.” Mendingan dia bisa “buang sampah pada tempatnya” dulu daripada bisa calistung XD

    Reply

    1. Bébé

      Bahahaha… tumben bisa bertahan anti mainstream gt Tri? Iya mungkin emang budayanya udah gitu kali ya di Indo. Jadi emang udah biasa aja kalau over competitive. Ga berasa aneh.

      Reply

  2. irni

    Mbakbe. Makasih ya udah share tentang sekolahnya. seru banget deh.

    aku malah pengen ada sekolah kayak gitu mbak di Pontianak. Sayangnya belum ada sekolahnya. Paling banter nyerempet dikit itu yang montessori. Sekolah si K montessori seh tapi tetep ada ngajarin baca tulis walaupun sampai sekarang si K belum bisa baca seh. aku seh bodo amat ? Masalahnya pas SD udah harus bisa baca, jadi mungkin tahun depan baru difokuskan ?

    Semoga pendidikan Indonesia makin lebih baik deh yak. Suka banget baca tentang sekolah di eropa ?

    Reply

    1. Bébé

      Hiks.. iya kesian banget masuk SD udah harus bisa baca. Semoga K cepet ya Niee belajar baca tulisnya. Semangaaaat.

      Reply

  3. puti

    ah seru banget yah Jo… memang kudunya mainnn dan mainnn .. tapi di indo susah ya kurikulum nya ribet bet 🙁

    Reply

    1. Bébé

      Semoga makin lama bisa makin ok kurikulumnya. Aku belum tau sih nanti SDnya gimana nih bocah2. hihihi.. tapi diliat nanti deh.

      Reply

  4. Melissa Octoviani

    emang anak2 seumuran itu lebih perlu main sih daripada belajar baca tulis… ini jayden juga belom bisa nulis, paling nulis beberapa huruf doang… masalahnya nanti di SD uda harus bisa baca tulis yang lancar, makanya agak waswas juga.. mudah2an pendidikan di indonesia bisa lebih baik ya…

    Reply

    1. Bébé

      Iya yah.. mau ga mau harus bisa karena diharusin gitu. Semoga Jayden cepet lancar baca tulisnyaaa.. Semangaaaat

      Reply

  5. denaldd

    Sistemnya hampir sama kayak di Belanda. Umur 7 tahun baru mulai belajar membaca (atau mengenal huruf ya -karena aku tahu dari baca buku juga ini ttg sistem pendidikan di Belanda). Meskipun awal diajari baca dari umur 7 tahun, tapi tingkat literasi anak2 Belanda salah satu yg tertinggi di dunia. Jadi sebenarnya bukan ttg umur berapa anak mulai bisa membaca, tapi sebenarnya yg penting adalah memahami isi bacaan tersebut. Itu kan salah satu inti dari literasi. Malah yg penting itu anak2 bisa ke sekolah dengan hati gembira, bukan stress (haha kayak aku dulu, makanya ada aja cara supaya bisa bolos sekolah)

    Reply

    1. Bébé

      Iya mereka kalau baca buku selalu sembari dijadiin tema besar. Jadi biar paham banget pelajaran dari ceritanya apa. Nah itu, seneng liat si Jo & adeknya selalu seneng ke sekolah. Ga pusing harus bujuk2 tiap pagi. hahaha

      Reply

  6. A Tea Person

    I wonder if Kak Be still recognizes me or not, but, sudah lama tidak mampir kesini, ternyata adik E sudah becal cekaliii..
    Di postingan ini aku fokus sama kalimat, “WA Grup? Igh mustahil. WA grup sama keluarga aja belum tentu punya, apalagi sama yang ga pernah ketemu sama sekali.”
    Kalo di Indo, jangan ditanya, sudah pasti ada emak-emak yg berinisiatif buat group begini setelah itu disambung jadi group arisan, hahahaha, maap jadi nyinyir.

    Setuju sama komen kak Astri, mendingan anak sedari dini diajarkan untuk buang sampah pada tempatnya, memupuk nilai-nilai sosial salah satunya dengan mengajarkan anak untuk memandang seseorang tidak berdasarkan SARA karena contoh yang aku alami sendiri ketika mengajak sepupu kecil (masih SD) ke suatu mall, dia menyebutkan bahwa pengunjung mall banyak dikunjungi oleh ras tertentu. WADUH!!! Ini tidak bisa dibiarkan, Fernando..

    Btw, Happy New Year, kak Be dan keluarga.

    Reply

    1. Bébé

      Hahahahaa.. maafkan aku lupaaa.. Aku salahkan short term memory ku. Hihihi

      Emang kayaknya orang Indo lebih gampang bersosialisasi kali yaaa. Jadi mereka gampang bikin grup di WA. Di sini orang-orang tuh susah deketnya. Jadi ga wajar banget kalau bikin grup WA. Hahahaha.

      Aaaaah.. sampai begitu? ☹️

      Happy new year jugaaaa… (walau udah telat masih afdol lah yaaa.. lol)

      Reply

      1. EL

        Akulah yang seharusnya meminta maaf karena sering gonta-ganti alamat blog (alias labil), dulu pakai domain Blogspot sekarang hijrah ke WordPress. Kita saling follow di socmed, IDku: lispalui, tapi IG dan FB udah aku hapus jadi sisa Twitter dan blog aja.

        Jangankan gampang bersosialisasi, papasan orang di jalan aja biasanya kita senyam-senyum, kan? Ntah ini budaya dari mana. Kalo di luar sana senyum2 sama orang yg gak dikenal pasti dianggap aneh, “Nih orang kenapa senyum2 ke gue? Kenal juga kagak”, hahaha.

        Iya kak Be, sampai segitunya kerempongannya emak2 di Indo. Well, aku mungkin belum pernah mengalami hal ini karena masih single, tapi beberapa temenku pernah cerita. Misal, mereka punya group khusus ortu murid satu sekolahan, lalu mengerucut group ibu2 yang anak2nya sekelas (group ini biasanya sekalian dijadiin group arisan, hahaha), lalu group yang ada wali kelas anak2nya. Jadi biasanya mereka punya 2-3 group. Rempesss, bukan?

        Reply

        1. Bébé

          Hoalaaaaaaaah… ternyata dirimuuu. Yainget kalo itu ??. Namanya ga kenal soalnya kalo dipake di sini.

          Walah no wonder kalo di Indo tih banyak yg punya WA grup sampe belasan yaa.. aku ga kuat ikut grup banyak2. Pening ??

          Reply

  7. shintadaniel

    Have fun and be happy at preschool Jo and E…

    Reply

  8. DwieDJ

    Hai Be..di Indo sbnrnya udh ada bbrp kok sekolah yg isinya main aja..
    Belajar baca tulis pas kelas 1 atau 2 SD.
    Cuma kadang ortunya suka ego 🙁
    “iihh sekolah mahal2,cuma disuruh main”
    “Iihh sekolah mahal2,belum bisa baca”

    Kalo ketemu orgtua model begini,aq cuma elus dada aja Be 😀
    Dan kadang byk juga yg suka kepo nanya,anaknya udah bisa apa?Diajarin apa disekolah?
    Hihihi pas aq bilang belajar cuci baju sendiri,belajar nyikat lantai,mereka langsung shock hahahahaha

    Reply

    1. Bébé

      Waaaah ada ya sekolah gt? Senangnya. Setidaknya ada pilihan buat ortu2 yg emang pingin anaknya baru fokus belajar baca tulis pas SD.

      Hahahaha.. sekolahnya di Indo juga kah? Atau di LN?

      Reply

  9. andyhardiyanti

    Enak yaa..bisa milih lama jam belajar gitu yang disesuaikan dengan aktivitas orangtuanya. Wah, jadi untuk daftar TK gini aja sistem pendaftarannya satu pintu ya. Biasanya kan kalau di Indonesia, mau daftar ya daftar aja langsung ke TKnya. Biasanya ada waiting list gitu karena kenapa Be? Yang daftar kebanyakan apa gimana?

    Reply

    1. Bébé

      Iya.. memudahkan kedua orang tua bisa kerja/sekolah. Soalnya kan yang sekolah di sini semua sekolah dari pemerintah. Dari TK sampe SMA. Jadi supaya gampang, sistem pendaftarannya juga dari pemerintah. Tinggal mereka nanti yang ngaturnya gimana. Untuk anak2 yang udah punya kakak di sekolah yang sama biasanya dibuat lebih gampang untuk masuk ke sekolah yg sama kayak sodaranya.

      Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *