Ketika Kami Menjadi Korban Pencurian Data Kartu Bank

Balik lagi mau cerita tentang perjalanan pulang kampung kami kemarin. Walau secara keseluruhan liburan kami menyenangkan, tapi sepertinya semesta ingin memastikan pengalaman kami itu mbulet, alias ga cuma dapet enaknya, tapi paitnya juga. Kalau tahun 2015 lalu, kami mutung karena gadget kompakan rusak, pulang kampung kemarin kami menjadi korban pencurian data kartu bank.

Jadi… belajar dari pengalaman ke Indonesia yang pertama dan liburan ke London tahun berikutnya, kami merasa kalau membawa uang cash dengan jumlah yang banyak itu udah ga praktis lagi. Ga cuma kepotong biaya tuker-menuker valas yang lumayan, dari sisi keamanan juga malesin ya. Apalagi kalau kami pulang ke Indonesia kan berbulan-bulan, pasti pinginnya bawa bekal yang cukup dari sini.

Karena itulah, setelah mencoba menggunakan kartu bank kami selama liburan di London dan berfungsi dengan sempurna, saat kami akan ke Indonesia pun kami ga menukar terlalu banyak uang USD untuk dibawa. Yang penting cukup untuk diperjalanan dan jaga-jaga aja. Sisanya, pakai kartu semua.

Eniho…

Setelah sebulan liburan di Indonesia berlalu tanpa ada masalah, suatu hari kami main ke mol dan belanja di salah satu toko pakaian yang ada di sana. Transaksi berjalan lancar dan kami pun lanjut makan malam di Sushi Tei. Perut kenyang terisi berpiring-piring sushi maki dan teman-temannya, kami memutuskan untuk membayar (yaiyalah, masak langsung ngeloyor pulang). Selama kami di Indonesia memang urusan bayar membayar menjadi tugas gue. Toh kartu yang kami berdua pakai semua merujuk ke satu rekening yang sama, jadi siapa pun yang bayar ga ada bedanya. Tapi ga seperti sebelumnya, kali ini kartu gue berkali-kali didecline.

Loh ini kenapaaa?? ???

Kami pun mencoba kartunya Bubu untuk mengecek apakah rekeningnya yang bermasalah atau kartu gue yang error. Ternyata memang kartu gue yang ga bener, karena begitu pakai kartunya Bubu, transaksi kembali berjalan normal. Aku pun bingung. Baru aja beberapa jam sebelumnya kartu itu dipakai dan baik-baik aja. Loh kok ini tiba-tiba decline? ?

Untuk info, jenis kartu bank yang kami gunakan itu seperti hybrid kartu Debit dan Kredit (ga tau di Indonesia ada ga ya model begini). Jadi secara default, kartu kami sudah memiliki fasilitas kredit sebesar 50.000 SEK. Misalnya kami menggunakan dana dari kredit tersebut, maka seperti layaknya kartu kredit, setelah 1 bulan pertama kami ga bayar jumlah yang dipakai maka kami akan dikenakan bunga. Tapi, kami bisa “Top-Up” kartu banknya, dengan mengisinya dengan dana yang cukup dan menggunakannya sebagai kartu Debit biasa (langsung potong uangnya saat itu juga saat dipakai). Nah biasanya kami selalu menggunakan fasilitas Debitnya ketika memakai kartu ini untuk transaksi sehari-hari. Kreditnya cukup sebagai dana cadangan saat emergency (dan memang baru bisa dipakai kalau dana di “debit” kosong).

Untunglah semua transaksi yang kami lakukan biasanya langsung muncul di halaman rekening setelah beberapa hari. Jadi ga perlu pusing nunggu sampai akhir bulan untuk mengecek penggunaannya. Hari demi hari berlalu dengan perasaan dag dig dug ga enak, setelah dua hari seluruh transaksi ter-update di website. Dari situ kami baru sadar kalau ternyata data kartu gue sudah dicuri dan dipergunakan sebagai sarana penipuan. Di list tertera sebuah transaksi ajaib, dimana kartu gue dipakai untuk membeli ban di sebuah website jerman.

Astaga, beli ban kok ya jauh bener sampe ke Jerman ??. Tapi kalo dipake buat beli tas mungkin malah ga kedetect kali yah. Nyaru soalnya ???.

Begitu fix kalau memang kartu gue sudah tercuri datanya, Bubu langsung buru-buru menghubungi bank tempat kartu dikeluarkan. Untunglah ada fasilitas telefon via Skype yaaah, pas emergency kayak kemarin ga makin pusing musti ngeluarin dana banyak buat telpon interlokal.

Berdasarkan obrolan suami dan petugas bank, kami mendapat info kalau kartu gue langsung diblokir oleh mereka karena ada transaksi yang mencurigakan. Jadi ga hanya kartu gue dipakai untuk “membeli ban” di Jerman, ternyata datanya juga nyaris dipakai di Amerika. Sebenarnya saat dipakai di Jerman juga mereka udah curiga kalo transaksinya ga beres, tapi saat itu mereka ga berhasil menghubungi Bubu yang kebetulan memang ga ngaktifin nomor Swedia nya selama di Indonesia (ga pernah dapet signal katanya). Jadilah transaksinya masih bisa masuk dan sukses memotong dana kami. Pas yang di Amrik inilah pihak bank baru benar-benar yakin kalau memang kartu gue dipakai untuk penipuan/fraud. Saat itu juga kartunya langsung mereka blokir.

Lega kartunya udah ga bisa dipakai secara semena-mena oleh orang-orang yang ga bertanggung jawab, langkah kami yang berikutnya adalah meminta uang kami kembali. Karena jumlah yang dipakai lumayan juga mak, sekitar 5 juta rupiah setelah dikurs. Bisa berapa kali makan sushi tuh ?.

Untuk mengurus pengembalian dana, pihak bank mengharuskan kami melaporkan kejadian ini ke polisi Swedia dan kemudian mengisi formulir yang akan dikirim oleh pihak bank ke rumah. Untungnya (lagi), pelaporan ke polisi bisa dilakukan secara online dari website kepolisian Swedia. Hari itu juga kami sibuk mengisi seluruh data yang diminta dan mengirim aplikasinya ke mereka.

Dan setelahnya kami hanya bisa menunggu sampai kami pulang ke Swedia untuk melanjutkan prosesnya.

Setelah kejadian itu, gue berusaha mengingat-ingat kok sampe bisa data kartu gue dicuri. Memang sih beberapa kali sebelumnya, saat membayar di restoran, gue dengan bodohnya membiarkan sang pekerja restoran membawa kartu gue ke meja kasir. Tapi itu pun karena gue mengikuti adek gue yang melakukan hal yang sama dan sejauh ini selalu baik-baik aja *knock-on-wood jangan sampe ikutan bermasalah*. Mungkin pas emang lagi apes aja kali ya, sempat kartu gue kepegang sama orang yang nakalan. Apalagi kartu gue memang mencolok banget desainnya, karena ga dikeluarkan oleh bank di Indonesia. Kemungkinan lainnya adalah saat gue melakukan transaksi online ketika membeli beberapa barang di toko online. Tapi jujur aja, yang ini gue agak ragu, karena setiap belanja di toko online di Indonesia, gue selalu menggunakan cara pembayaran COD atau transfer via atm/mobile banking. Jadi ga yakin kalau memang karena itu.

Tentu aja, bisa ditebak, sehabis itu setiap melakukan pembayaran gue selalu jalan ke kasir dan memastikan hanya gue yang memegang kartu banknya (kami akhirnya menggunakan kartunya Bubu). Kalaupun sampai pihak kasir yang pegang (penasaran kenapa beberapa kasir suka masukin no kartu + nama, beberapa ga yah), gue perhatiin banget jangan sampe mereka mbalik kartunya.

Parno MODE: ON seeeh, tapi daripada rempong 2x yaaaa.

Sesampainya di Swedia, kami kembali melanjukan proses permintaan refund. Kartu gue yang lama sudah digunting dan kartu barunya juga sudah tiba. Formulir yang kami dapat dari bank kami isi dan kami kirim beserta laporan polisi via email.

Days gone by tanpa ada kabar. Kami berdua pun nyaris sampai lupa kalau ada dana yang belum balik ke tangan. Sampai akhirnya kemarin, sebuah email datang dari pihak bank yang mengurusi masalah fraud ini dan Alhamdulillah, ternyata masih rejeki, duit kami akan dikembalikan dan prosesnya sudah berjalan. Sayangnya mereka butuh 1-3 bulan sampai dananya bisa masuk lagi ke rekening kami.

Gpp lama.. yang penting balik… yeaaay.. ???

Belajar dari pengalaman ini, kayaknya lain kali kami pulkam, gue harus berusaha agar ga sesembrono kemarin. Mungkin perlu extra safety dengan memasang tape hitam di bagian belakang kartu supaya menutupi 3 nomor khususnya ?. Sedikit paranoid lebih baik daripada hati sakit *maksa biar agak rhyme*.

Ada yang pernah kejadian juga kah? Kalau di Indonesia gampang ga sih ngurusnya kalo kena fraud gini? Tapi yang pasti semoga kejadian ini ga pernah terjadi ke kita semua yaah. Ribet ngurusnya.. Aamiiin… ??

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

30 thoughts on “Ketika Kami Menjadi Korban Pencurian Data Kartu Bank

  1. Pypy

    Duhh.. Amit2 jangan sampai, tapi iya bener, mending yang 3 angka ditutup ya. Katanya BCA sih cepet ya. Syukur banget ya Be sistem dah ok bener, jadi cara ngurusnya juga bisa cepet.

    Reply

    1. Bébé

      Iya, itu juga temen gue yang ngasih tau Py. Kalau sering dipake untuk bayar2 di resto gt, mending belakangnya ditutup aja. Biar lebih gampang ketauan kalo ada yang mau nyoba buka.

      Reply

  2. Tiwie

    Aduuh, koq serem yak Be… ? But thankfully semuanya mudah di urus. Dan masih rejeki balik lagi dananya. Hamdallah ??

    Reply

    1. Bébé

      Alhamdulillah Wie.. Sempet stress sih nunggunya, tapi akhirnya cuma bisa dipasrahin doang. Pada akhirnya kalo emang rejeki ya pasti balik lagi..

      Reply

  3. lala

    samaaaaa mb bebeee.. aku baru aja kmrn hampir kena tipu..
    ada orang yang pake kartu kreditku buat belanja online, untungnya kan pake kode otentifikasi yang masuk ke hapeku..
    eh sorenya langsung ada yg telp dr pihak bank, amazingly dia tahu lho semua detail kartu kredit dan data diriku.. sampe nama gadis ibu kandungku pun dia tahu..
    gak mikir lama deh, langsung blokir minta kartu baru..

    Reply

    1. Bébé

      Waaaah.. serem banget sampe tau data detil gitu :waat:
      Untungnya masih ada sistem otentifikasi via hp yaa.. Kartuku sebenernya gitu juga. Kalau belanja seharusnya musti masukin kode lagi. Tapi ga tau kenapa kok kemarin bisa lolos aja. :lonely:

      Reply

  4. bayutrie

    nauzubillahiminzalik semoga gak pernah mbak…. alhamdulillah semuanya berakhir baik ya… memang kehati2an kudu extra jaman sekarang.semoga kita semua selalu dilindungiNYA…

    Reply

    1. Bébé

      Aamiin.. iya jangan sampe kejadian yaaaa…
      Bener2 ga bisa sembrono deh sekarang. 🙁

      Reply

  5. Justisia Nita

    Ah, iya jadi pengen pasang stiker di bagian belakang… untungnya dananya balik ya, kalau begitu yang kehilangan uang siapa ya? bank-nya?

    Reply

    1. Bébé

      seharusnya sih ga ada yang kehilangan uang. Transaksinya dianggap batal.

      Mungkin pasang stiker di bagian belakang bisa membantu yaa.

      Reply

      1. Justisia Nita

        bannya belum diambil berarti yaa?

        Reply

        1. Bébé

          Kan belinya online, jadi mungkin sebelum proses di tokonya selesai, udah ada laporan dari bank.

          Reply

          1. Justisia Nita

            good good.. kalau transaksi di toko ya ribet yak??

            Reply

            1. Bébé

              Iya, tapi kalo transaksi di toko fisik kan butuh kartunya langsung (plus nomor pin biasanya), jadinya lebih susah sih, kecuali kalau sekartu2nya diambil.

              Reply

              1. Justisia Nita

                oh iyaaaa yaaaaa….. kok gak inget.. hahahahahaaa…

                Reply

  6. dian_ryan

    waduh ngeri banget ya be sampe di curi gitu datanya,alhamdulillahnya bisa balik ya be.

    Reply

    1. Bébé

      Iya Dian.. Alhamdulillah banget masih bisa balik dananya. Jadi pengalaman juga supaya lebih hati2 nih..

      Reply

  7. Diana

    Duh ngeri ya, mana biasanya kalo bayar makanan di restoran khan kartu kredit dibawa ke kasir. Kayaknya harus tutup 3 angka belakang ASAP nich. Thanks dah share pengalaman nya ya Be 😀

    Reply

    1. Bébé

      Iya.. di Jakarta kayaknya biasa ya cara bayarnya begini. Aku kemarin jadi keikutan juga deh :doh:
      Masama… :yes:

      Reply

  8. dinaisyana

    Gw pernah, Be. Dua kali dari 2 bank yang berbeda. Proses refund nya ga terlalu repot sih. Cuma isi form-form gitu lalu di e-mail aja. Syukurlah soalnya dananya lumayan juga, juta-jutaan. Yang pertama dipake buat beli domain. Yang kedua dipake buat booking hotel di agoda. Kalo gw sih feeling data gw dicurinya dari pas gw belanja-belanja online. Kan suka ada fitur save data tuh buat next transaction. Soalnya kalo belanja offline justru gw jarang pake cc. Yah semoga tidak terulang lagi lah

    Reply

    1. Bébé

      Jahaa.. Untunglah proses refundnya ga repot ya Din. Jadi pusingnya ga 2x. Aamiiin, semoga ga keulang lagi..

      Reply

  9. Ella

    Ya ampun pke buat beli ban di jerman.. Untung pihak banknya segera memblokir ya, kl nggak berabe tu.. Dan untungnya lagi skrg ada fasilitasi yg praktis bgt bisa ngurus ini itu via internet.. Salam kenal kak 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Salam kenal jugaaa.. :bye:
      Iya untung dari bank nya juga gerak cepat. Jadi ga sampe kebobolan 2x huhuhu

      Reply

  10. Fanny

    gue jg pernah Be waktu di Amrik yg katanya memang rawan issue ini. diganti semua jg sih cuma sempet stresss aja. yang gak ngerti knp pihak bank gak berusaha nutup 3 angka di belakang itu yaaa. i mean, kalau mmg rawan seharus dr mereka jg bikin pencegahan, ya gak…?

    Reply

    1. Bébé

      Nah ituuu… bener banget. Emang sih skrg udah banyak yg harus konfirmasi ulang pakai kode di HP, tapi bbrp online shop masih cukup cuma pakai si 3 angka itu udah bisa transaksi. ???

      Reply

  11. arman

    just sharing aja nih ya be… kita kalo mau pergi keluar negeri, kita telpon bank nya dulu. bilangin tanggal segini bakal di negara mana, tanggal berapa bakal di negara mana. jadi bank nya tau kalo ada pemakaian yang bukan di lokasi yang kita bilang itu berarti pencuri dan langsung diblokir yang transaksi itu.

    Reply

  12. Seaマ

    Kalau kartu kredit memang harus ekstra hati-hati…ide ditempelin selotip itu bagus..

    Reply

  13. shintadaniel

    Salut sama kesigapan Bank di Swedia.. dan proses pengembaliannha yg cepet.. wah untung lsg ketauan ya jadi bisa segera diatasi masalahnya…

    Reply

  14. Angel

    waduh serem amat dipake kartu kreditnya. Untung pihak bank nya cepet tanggep ya. Gw sekarang kalo belanja online jg males kalau mesti isi2 cc. mending transfer atau kalau bisa pake paypal aja deh.

    Reply

Leave a Reply to Justisia Nita Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *