Selama ini kalau mencari review tentang apapun, sebutlah review vendor kawinan, hotel, tempat liburan, stroller, make up, sepatu, tas sampe lipstik, para blogger adalah salah satu reviewer yang gue percaya. Kenapa harus blogger? Hmm… apa yaaa.. mungkin karena gue merasa review yang disampaikan oleh blogger itu lebih dari hati (eciyeeeeh). Emang siiiih, harus diakui beberapa nulisnya pakai porsi “baper” yang berlebihan, tapi setidaknya lebih enak dibaca dibanding review yang gue dapatkan di website-website khusus review seperti tripadvisor atau forum. Mungkin karena blog itu lebih personal kali yaaa. Jadi di reviewnya selalu ada back story yang lebih lengkap dibalik alasan kenapa sampai memilih vendor/produk yang dipilih/dipakai dan kenapa pada akhirnya memberikan penilaian plus atau minus.
Nah bentuk review produk/tempat yang gue suka itu yang kayak apa sih? well… review tersebut biasanya memiliki beberapa poin di bawah ini:
♠ Menyebutkan nama produk. But whyyyy? you might ask. Alasannya egois sih, supaya gue nyarinya gampang ketika memasukkan kata kunci di mbah google. Lagipula ngereview tapi pakai acara tebak-tebak buah manggis, minta kita sebagai pembaca untuk nebak sendiri nama vendornya.. haduuuh aku ya males lah haaaii. Yang ada malah ujung-ujungnya su’udzon karena bisa aja gue salah nebak (nama pun produk pan ga cuma satu yeeee produsennya). Lebih enak kan kalau disebut nama produk dan jenisnya secara jelas sehingga yang nulis juga enak ceritanya, pembaca pun ga perlu bingung, ini lagi ngomongin sapa toh.
♣ Memberikan foto-foto pendukung (kalo bisa yang buanyaaaaak). Kalau alasan yang ini lagi-lagi karena gue adalah pembaca yang egois. Pinginnya sebelum membeli sesuatu setidaknya udah ada gambaran si produk bentuknya kayak apa sih. Apalagi produknya yang ga bisa dipegang sendiri, seperti hotel atau barang-barang yang niatnya di beli online. Kenapa ga liat di internet? yah blog kan juga diinternet. Hehehe.. tapi blogger biasanya lebih niat dan detail (mungkin karena efek “baper”?) dalam menyajikan foto-foto dalam reviewnya.
♥ Menyebutkan plus dan minus dari produk/vendor tersebut. Seperti kata bunda Dorce, ga ada yang sempurna di dunia ini, selain Allah SWT. Nah bagi gue sebuah produk atau jasa vendor pun pasti ada plus dan minusnya. Urusan poin mana yang lebih besar mah tergantung pengalaman masing-masing yaaaa. Tapi setidaknya kalau penulis bisa memaparkan kedua sisi, bagi gue reviewnya ok b.g.t. Artinya sang penulis juga masih mampu untuk bersikap netral dan ga baper banget. Lagi pula yah, review yang terlalu memuji ataupun menghina itu menurut gue malah ganjil dan bikin curiga. Apakah posting tersebut posting berbayar atau emang niatnya cuma buat bash & rant aja.
♦ Last but not least, menyebutkan keterangan apakah posting tersebut sponsored post atau ga. Naaaaah, yang terakhir ini agak tricky nih. Seperti yang kita ( (((KITAAAAA))) ) ketahui bersama, blogger sudah menjadi bagian dari media promosi yang potensial untuk beberapa produk. Ga sedikit blogger yang mendapat pendapatan dari sponsored post a.k.a postingan berbayar. Dan jangan salah, menurut gue hal itu mah sah-sah aja. Toh rejeki halal. Tapi lagi-lagi menurut gue pribadi, akan lebih etis jika post berbayar itu disertai juga dengan keterangan yang menjelaskan hal tersebut. Emang kenapa harus gitu? Suka-suka gue deeeeh! mungkin itu yang terbersit di benak kalian. Yaaah, memang itu hak kalian sih sebagai penulis dan pemilik blognya. Cuma #imjustsaying kalau gue membaca sebuah sponsored post tanpa ada penjelasan apapun di post tersebut dari judul sampai akhir postnya, rasanya tuh kayak kena jebakan betmen cyiiin. Perasaan review dari hati yang gue sebut tadi juga hilang seketika dan efeknya.. misalnya di lain kesempatan orang yang sama menulis post review yang pure tanpa bayaran, gue memilih untuk skip aja. Mending cari review dari blog yang lain. Am I too harsh? well sorry not sorry for that. The tricky part about this last point is.. menilai apakah posting tersebut berbayar atau ga kalau misalnya baru “kenal” dengan blog yang dibaca. Biasanya gue harus baca kebelakang review-review yang dituliskan oleh blogger yang sama dulu untuk cek dan ricek. Kalau review dari blogger yang udah familiar biasanya akan lebih gampang ketebak mana yang berbayar dan mana yang ga.
So… kurang lebih begitulah my humble opinions mengenai review blogger yang baik seperti apa. Apakah gue sendiri sudah masuk ke dalam versi blogger reviewer yang baik? Zuzur, aku tak tauu. Although I do hope so. Bagi gue menulis review itu lebih susah daripada menulis posting biasa. Beban mental dan moralnya tinggi bookk. Misalnya gue memberi review memuaskan akan sebuah produk dan ada yang mencoba produk yang sama kemudian kecewa, even though bukan salah gue, tapi tetep aja ada perasaan ga enak sama pihak yang kecewa. Karena itulah gue selalu berusaha semampu mungkin memberikan review yang seadil-adilnya. Dan semoga review gue juga memberi informasi yang dicari oleh yang membutuhkan.
Kalau kalian sendiri, poin apa yang biasanya dicari kalau sedang membaca review? lebih suka yang pendek-pendek straight to the point ala tripadvisor’s review atau gaya blogger yang lebih panjang lebar? Dan setuju ga akan poin terakhir yang gue sebutkan di atas? :thinking:
yang point terakhir itu rada susah be karena kadang vendor nya gak mau kitanya nulis ‘sponsored’. mereka maunya keliatan kayak tulisannya itu bukan iklan. hehehe.
Ahahaha.. Ah iya tricky juga ya Man kalo dpt vendor yg ga mau ditulis gt. Tapi asal ga keliatan “berbayar”nya (alias masih fair nulis reviewnya) mah ya cincailah ???
Aku setuju dengan semua poin yang kamu tulis diatas. Dan memang aku baca dulu review si blogger yang lainnya untuk dapet gambaran apakah dia kejar setoran atau memang reviewnya netral dimataku.
Baca review online biasanya aku cari info tentang resto/kafe, penginapan dan kereta/pesawat. Produk lain ngga, kalo suka ya aku beli tanpa baca review 😉
Kalo resto malah aku suka bingung mba. Soalnya kan selera org beda2 yah kalo urusan lidah. Jadi kalo resto aku nyari review biasanya buat pelayanan & suasananya aja. ?
Ada vendor yg ga mau disebut namanya juga sih Be, alasannya persis spt komen Arman diatas. Pengennya sih klo review gitu jangan borongan, masah banyak banget blogger serempak bahas hal yg sama, mau bw jadi males :unsure: . Aku suka baca review yg pendek2 kalimatnya, kasih no. 1 – 5 misalnya. Dulu aku memutuskan beli mainan anakku yg jungle tuh krn baca tulisanmu loh :thumbsup: . Termasuk beli pompa medela krn baca blogmu :good: .
Kalo soal vendor yg ga mau disebut berbayar apa ga emang peluang karena ga ada peraturan dr pemerintah sih ya Nel. Soalnya aku baca2 kalau di US itu blogger & vlogger yg membuat sponsored post harus ngasih keterangan di postnya supaya terjadi persaingan dagang yang adil.
Hahaha senangnya kalau memang reviewnya membantu deh.??
Ini dia yang bikin jengkel bin dongkol about review berbayar namun lebay wajar dia lebay karena dia jualan namun jangan sampai terlalu di ada adakan padahal sebenarnya kualitas nya parah..
Tapi etis ngak sih be kalau dari awal kita bilang ini adalah review berbayar tapi jarang juga yang bilang hahhahahha
Pokoknya kalau main review review yang logis dikit malah berkualitas..
Hmmm.. Menurutku sih sebagai pembaca malah fair kalo bilang dr awal kalo emang sponsored post. Tapi yah tiap orang liatnya dr sisi yang berbeda. Btw, cukup banyak kok temen2 blogger yang nulis keterangan sponsored post di judul ketika mereka bikin posting kampanye sebuah produk.
Sependapat dengan Om Arman …
Kadang kala produsen nggak mau kalau tulisan tersebut seperti Hard Selling …
maunya maen alus … hahaha …
Dan satu lagi …
Kadang para reviewer ini menulis postingannya dengan mengambil sumber dari product brief atau media release yang dibagikan saat acara lonsing produk yang bersangkutan (dimasukin di gudibek). Ada beberapa yang copy paste media release tersebut. Sehingga bahasanya terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Salam saya Be :good:
Ahahaha main alus ya Om ?. Yah mumpung ga ada peraturan dari pemerintah juga ya untuk pasang disclosure. Jd bebas mau gimana.
Aaaah.. Iya itu dia Om. Karena copas jd ga berasa “suara hati” si penulis asli. Sayang aja sih kalau menurutku.
ikutan nimbrung.. hahaha.. kalo check review2nya indonesia beauty blogger, so far mereka selalu nyebutin lho. kayak mereka di endorse brand A atau mereka diundang ke event launching produknya B atau sponsor brand C. jadi dari awal baca gak ngerasa terjebak. dan mereka rata-rata nulisnya jujur, kasih plus minus. tapi ada juga (kebanyakan) food blogger yang ngiklan banget! hahaha.. semua reviewnya bagusss, padahal mah biasa aje -__-
jadi, kalo kak bebe ada yang sponsorin kira2 bakal reviewnya kayak gimana nih? 😀
Kalau masih kasih plus minus aku masih suka. Setidaknya masih berusaha netral Thea. Atau ada hasil pengalaman pake produknya deh.. Kalau review resto tuh yg menurutku tricky. Paling cuma untuk liat suasana resto + servicenya aja.
Hehehe.. Aku sempat diminta ngereview produk photobook (unpaid, tapi dikasih produk untuk direview) dan aku bilang terus terang ke vendornya kalau aku tetep akan tulis plus minus servicenya. Dan mereka fine2 aja sih walau mereka juga nanya dulu minusnya apa aja. Tapi rasanya setelah post ini ga bakalan ada yang mau minta aku review produknya deh.. ????
ikutan ya…kayaknya sekarang memang susah tebak-tebak review yang beneran murni, terutama belakangan ini karena reviewnya rata-rata kalau bukan berbayar ya mencoba mendapatkan “hati” si empunya brand supaya besok-besok dapat yang berbayar deh…ngga tau memang begitu apa perasaan aku aja sebagai pembaca he..he..he..
posting kali ini ngga dikasih bonus foto si neng Jo nih
Hahaha.. Lagi hiatus dulu pasang foto neng Jo ?
Hihihi yah asal masih memberi informasi yg benar dan ga menjerumuskan mah gpp lah ya.. Namanya juga org usaha. ?
Kalo Hotel gitu gue masih tetep mantengin TripAdvisor lho, kalo produk-produk baru deh blog-blog gitu. Dan terus terang gue lebih suka review yang non-sponsored ya. Kayaknya lebih bener hehehe…
Emang tripadvisor lebih lengkap sih reviewnya. Cm gw masih suka penasaran kalau review versi bloggernya tuh apa ?
Tricky-nya baca review personal gini kadang kita bisa menemukan dua review yang isinya bertolak-belakang banget Be. Misalnya tentang review hotel. Si A bilang ga enak karena alasan X,Y,Z sementara si B bilang hotelnya enak banget karena P,Q,R. Lah, jadi bingung kan, hahaha.
Tapi memang sih kadang kalau kita baca lebih cermat lagi review-nya, kita bisa melihat mengapa si A bilang begitu, si B bilang begini. Trus akhirnya kita yang bikin keputusan kan apakah mau pakai produk/jasanya, haha…
Hehehe iya Ko.. Tinggal kitanya lebih mirip/setuju sama alasan si A atau B kan. Karena pada dasarnya selera orang beda2. Ekspektasinya juga ga sama. Tapi yg aku suka dari review blogger tuh biasanya detaaaaill.. Ga ada batasan panjang pendek postnya siiih. Suka2 yg punya blog aja gmn.
iya plus minus sie harus banyak, dan dii akhiri sama… meneruskan memakai atau tidak… hanya untuk review aja atau pake setiap hari.. cocooook
Oh iya bener juga kalau untuk skin care / make up yah..
akhirnyaa eyke tulis lagi ya boook
Selama ini aku cari review barang sih japri ke siapa yang pakai, jadi ga lewat cari cari di inet. Emang sih jadinya cuma terbatas ya, tapi ya gimana, daripada daripada….
Kadang antara kesukaan si A dan si B ga sama ya, karena sifatnya relatif. Nah emang rada aneh kalo semua review mengatakan lurus dan kayanya perfect banget, ga mungkin dooong :thinking:
Beban mental nulis review pasti deh akan muncul kalau ternyata barang/ jasa yang dipegang, rasa, sentuh, alami sama sekali ga worth it buat dibilang oke, yang ada males nuliiiisss :smirk:
Hehehe puk2 bulur musti nulis ulang.
Nah ituu.. Ahaha aku kalo ga sreg mending ga aku tulis sama sekali ?. Daripada baper ??
Berarti suka sama model nulis review yang blak-blakan ya, Mbak Bebe? Hehehe. Memang sih banyak orang juga seneng sama cara review yang jujur seperti ini.
IMHO. Semua balik ke masing-masing sih. Kalau aku sebagai reader makanya seneng cari perbandingan review ke banyak blogger/orang. Karena alasan yang sama seperti komentar-komentar di atas. Tiap orang kan punya perspektif masing-masing. Makanya aku seneng kalo blogger ngejelasin secara detail seperti, “produk ini gak cocok sama yang kulitnya berminyak…”, “resto ini tidak child-friendly”, “jangan kesini deh kalo lagi musim panas, soalnya banyak nyamuk”, dan review sejenisnya. Lebih jelas dan tepat sasaran.
Makanya poin plus minus seperti yang ditulis di atas bener banget tuh.
Menghindari juga review yang sifatnya lomba atau sponsor berjamaah. Yaaa karena kan memang ditujukan buat iklan sih ya 😀
Hmm.. Ga yang blak2an gmn gitu siih. Yang netral aja. Dan yang kayak kamu bilang juga, jelasinnya detail lah. ?
Saya paling suka reviewnya Bebe B-) B-)
Penjelasannya mantap, fotonya kece (apalagi kalau pas ada fotonya neng Jo #eh) dan gak tau kenapa kesannya ya emang tulus gitu :yes: :yes:
Eh, emang tulus kan yak?
Naaaaawww… ??? bonusnys ada fotonya Jo yah ??
Wahh iya sih kayak kena jebakan yaa pas baca terakhir taunya ngiklan ya be. Tapi kalo udah ‘pesenan vendor’ yahh susah juga…*sotoy…( kayak udah pernah disponsorin aja…)
hahaha.. iya Mba.. Makanya aku lebih memilih kalo emang ngiklan ada tulisannya kalo iklan. Lebih merasa fair aja. Toh jujur ngiklan juga belum tentu postingnya jelek. Kayak sponsored post yang isinya kampanye2 dari beberapa produk juga ok tuh. Cuma yah… itu tadi.. kalau udah “pesenan vendor” mau gimana.. hahaha.. Ga ada peraturan tertulis dari pemerintahnya juga kalo ga boleh kan.
Aku kok kayaknya lebih prefer baca review yang gak berbayar ya, kayaknya lebih objektif 🙂
Lagian disini kayaknya berbayar suka gak smooth nulisnya, alias keliatan banget ngiklan nya
Kadang berbayar pun ada yang OK sih. apalagi kalau nulisnya bisa tetep objektif. Tapi ya itu May.. seringnya jadi bikin si produk terlihat sempurna banget.. jadi bikin curiga malahan..
Lebih suka gaya blogger mba, karena kalo kayak review di tripadvisor kurang detail :mrenges:
Setuju mba Be, kalo uda liat ada tulisan sponsor by siapa uda males baca, mending cari review laen deh :scratch:
hehehe.. aku malah kalau udah ada tulisan sponsored postnya malah gpp. Setidaknya dari awal udah tau kalau emang tulisannya akan ngiklan. jadi ga berasa kena jebakan betmen aja..
Gue jg kalo nulis n kebetulan mengemukakan opini soal suatu produk, pasti akan gue sebut, biar gak tebak-tebak buah salak. Daripada gue gak sebut, tau2 org kejebak, atau ujung2nya nanya juga japri, ya sami mawon podo wae, mending fair sekalian. Bagus ya bagusss…jelek ya jelekkkk… Kalo bagus gue puji-puji, kalau jelek ya gue bilang jeleknya apa, tapi seringkali gue biasa kasih positive n negativenya juga. Misalnya walaupun kurang oke, tp harganya kejangkau kan harga kejangkau bs jadi sesuatu yg positif. Gue sangaaattt jarang ambil sponsored post. Seringkali ga sebanding effort sm sponsorshipya, plusss…. jadi kayak ngebohongin diri sendiri kalau kita gak pake hahahaha. Nulis sponsored post itu beban banget loh. Makanya makin lama makin males.
Gue sampe sekarang belum pernah nulis sponsored post (ketauan deh kalo ga laku blognya.. huahahaha), tapi cuma nulis post review tanpa bayaran aja udah mikirnya puyeng, apalagi yang harus bisa memuaskan yang memberi bayaran juga yaaa.. ckckck..
Iyaaa.. sejelek2nya barang pasti ada positifnya, sama juga sebagus2nya barang pasti ada negatifnya. kalo terlalu sempurna.. aku kan jadi curigaaa..
Kalo saya mah biasanya setelah judul postingan dikasih tanda * sebagai penanda kalo itu postingan sponsored.. trus tag-nya juga dikasih tanda *spon 🙂 semoga cukup jelas sih kalo itu postingan berbayar hehehehe
Hehehe lucu juga cara bedainnya.. Setidaknya ada pembedanya yah ??
halo mba bebe, aku sider lama yang akhirnya gatel komen juga, maaf yaa hehe.. salam kenal yahh
kalau soal review gitu aku cari lebih dari satu mba, terus simpulin deh, jadi gak terlalu ‘terjebak’ sama review berbayar. eh tapi ada juga sih yang review berbayar tp si blogger netral juga. disebutin juga kekurangnnya.
ternyata nulis review gabisa segampang itu ya. :thinking:
Sama soal review jalanjalan. Kalau aku nyari referensi buat traveling pasti sukanya ke blog. Apalagi blog yang nulisnya detail gimana cara sampe kesananya nark bus apa apa aja. Hahahhaa. Padahal mah kalau aku yang nulis ya apa adanya aja ?