Sudah seminggu ini Jo kembali ikutan öppen förskola atau open pre-school. Tapi ga seperti di cerita gue yang lalu, sekolah yang kali ini jauh lebih baik dan memang seperti yang gue harapan. Orang tua yang datang kebanyakan orang Swedia (artinya untuk komunikasi lebih gampang, dibanding sesama pendatang), ruangan kelas yang ga terlalu besar (dimana jumlah anak dan ortu yang ikutan juga ga terlalu banyak) dan mempunyai kegiatan bersama, seperti bernyanyi....
Ketika Batu ketemu Batu
Memasuki usianya yang ke 20 bulan, Jo makin ekspresif menunjukkan sifat dan kepribadiannya. Seperti yang sudah terlihat dari bayi, anak ini suka banget senyum dan cukup ramah kepada orang asing. Walaupun pemalu tapi masih mau lah diajak ngomong atau menebarkan senyumnya. Selain itu si Jo juga ga pelit. Kalau lagi menikmati makanan atau minuman favoritnya, pasti dia ga segan-segan membaginya ke mamapapa atau eyang dan tantenya. Misalnya kita yang iseng...
24 jam bersamamu
Ehem… (ini apa pake ehem, ehem dulu) Pingin nanya niiiih *pilin-pilin rambut*… Siapa yang pas jaman pacaran (atau mungkin sekarang masih pacaran) yang rasanya pingin 24 nemplok terus sama si doi? hayooo angkat tangan.. Kalau gue sendiri sih pas jaman-jaman masih galau, zuzur aja yaaa, termasuk kedalam grup tersebut di atas. Baru juga orangnya pulang udah kepengan lagi ngobrol di telpon. Kangen gitu ceritanyaaa.. Igh.. mesra banget ga siiih? hahaha...
Kisah si Hak Tinggi
Ketika gue memutuskan untuk ikut Bubu pindah ke Swedia, gue sadar bahwa gue harus rela mengubah atau meninggalkan banyak hal & kebiasaan gue sehari-hari. Biasa dimasakin, sekarang masak sendiri. Biasa diurusin, sekarang ngurusin diri sendiri. Biasa nyalon 1-2 bulan sekali, sekarang cukup 1-2 kali setahun. Biasa pake high heels, sekarang mah sneakersan aje daaah. Yup, menggunakan high heels memang kebiasaan gue sehari-hari kalau lagi ngantor atau sekedar jalan ke mol....