Gue bukan tipe orang yang suka bikin resolusi tahunan. Entah kenapa, kalau punya resolusi tuh rasanya terbebani. Seperti salah satunya resolusi tahun 2012 ini yang ga kunjung kesampaian. Kayak ada yang nyelip di gigi, walau udah berusaha lupain tapi tetep aja bikin kesel. Gue pun sebenarnya udah sempat nyerah dan berpikir “terserah lah”. Tapi tahun ini semangat gue kembali membara untuk mengejarnya dan setelah 6 tahun berlalu, akhirnya resolusi tadi kecoret juga dari daftar :doh: . Yup, finally gue punya SIM Swedia, qaqa!!
Kenapa ngotot harus punya SIM Swedia, Be?
Dengan mudahnya sistem transportasi di Swedia seharusnya punya SIM itu bukan menjadi suatu keharusan ya. Udahlah biaya punya mobil mahal, biaya dan proses untuk bikin SIM pun bikin pening kepala.
Then why? Whyyy??
The thing is, kenyataan di lapangan saat kita ngelamar kerjaan kadang mempertanyakan tentang punya SIM apa ga. Misalnya ga ditanya pun, katanya punya SIM Swedia bisa memberi nilai lebih (sedikit) dibanding ga punya. Lebih terlihat atraktif gitulah CVnya di mata sang HRD. Belum lagi dengan punya SIM Swedia gue bisa melamar kerja ke tempat-tempat yang agak susah dicapai bus atau memakan waktu lama kalau menggunakan transportasi umum (misal daerah industri yang lokasinya ga di tengah kota). Karena alasan itulah gue akhirnya seriusin banget untuk bisa dapetin SIM Swedia tahun ini.
Resultnya udah ketauan dari awal, tapi cerita dibaliknya belom tau kaaaan?? Karena gue udah lama ga pernah ngedongeng lagi di blog, kali ini gue mau all out lagi ngebawelnya. Yang tabah ya bacanya… ?
The learning process
The preparation
Proses gue mendapatkan SIM Swedia (untuk mobil pribadi disebut SIM B) bisa dibilang lumayan panjang. Proses awal dimulai dari tes mata (Prosedur tesnya berbeda dibanding tes mata minus/plus. Di tes ini gue tetap menggunakan kacamata). Setelah dapat hasil tesnya (yang langsung dikirimkan ke Swedish Transport Administration (di sini disebut Trafikverket)), gue baru bisa memulai proses belajar setir.
Ada beberapa pilihan yang bisa gue ambil untuk belajar nyetir, yaitu full belajar sendiri, mendaftarkan diri ke sekolah setir atau kombinasi keduanya. Mumpung kami sudah ada mobil pribadi, kami memilih opsi yang terakhir, yaitu ikut sekolah tapi ditambah latihan secara pribadi juga supaya lebih cepat lancar. Nah untuk bisa memulai latihan secara pribadi, kami berdua diwajibkan untuk mengikuti sebuah kelas khusus yang bernama kelas Introduction. Isi kelas yang durasinya sampai 4 jam ini intinya memperlihatkan soal risiko kecelakaan dan hal-hal apa aja yang harus selalu diingat selama sesi latihan pribadi. Kelas perkenalan ini biasanya disediakan oleh sekolah setir dan ga termasuk di paket kursus.
Setelah selesai mengikuti kelas introduktion, pihak sekolah setir akan mengirimkan datanya ke kantor Transportstyrelsen (Swedish Transport Agency) dan nanti kantor ini yang akan menerbitkan surat ijin belajar untuk gue yang mau mengambil SIM dan surat ijin pendamping untuk Bubu. Sebelum surat ini keluar, kami ga boleh curi start belajar duluan.
Tanda yang wajib dipasang di bagian belakang mobil pribadi jika pengemudinya adalah orang yang sedang belajar nyetir.
The Driving Class
Merasa ga cukup dengan latihan secara pribadi, seperti yang udah gue bilang di atas, gue juga mendaftarkan diri ke sekolah setir. The good thing dengan belajar via sekolah adalah kalau diajarin sama instruktur kan rasanya beda ya. Mereka lebih fokus ke seluruh detail yang gue lakukan selama nyetir dibanding kalau belajar bareng suami. Apalagi gue berniat mengambil SIM mobil manual, sementara mobil kami automatic. Jadi ga bisa kalau pure belajar sendiri. Selain itu biasanya harga paket yang diberikan sekolah udah temasuk biaya teori, yang artinya gue ga perlu ribet cari bahan teori untuk dipelajari.
Little note: Di sini kalau ambil SIM Manual boleh dipakai untuk menyetir mobil manual dan automatic, tapi sebaliknya kalau cuma ambil SIM automatic, ga boleh nyetir mobil manual.
Di sisi lain, ikut sekolah setir bikin stress dimasalah budget karena di sinilah biaya membengkak luar biasa. Untuk sekali sesi latihan setir, biaya yang dibutuhkan normalnya sebesar 700 SEK atau menurut kurs saat post ini dibuat = sekitar 1,1 juta rupiah (Ini harga standar. Ada beberapa sekolah yang lebih murah/mahal, tapi seringnya segitu). Jumlah sesi yang diperlukan setiap orang juga ga bisa ditebak. Bisa cuma 5x, 10x, 20x. Beda masing-masing orang.
Gue? Walau udah pernah nyetir di Jakarta lumayan lama, tapi karena vakum total ga pernah duduk di kursi pengemudi sama sekali baik di Swedia atau pun Indonesia selama 8 tahun terakhir akhirnya serasa balik jadi pemula lagi dan I ended up with 22 driving lessons.
Ga cuma latihan setir seperti biasa, ada 2 kelas training yang diwajibkan oleh Trafikverket untuk diikuti oleh semua orang yang berniat ikut ujian ambil SIM. Ga ngaruh apakah mereka belajar sendiri atau lewat sekolah setir. Kelas wajib tersebut adalah kelas Risk 1 dan Risk 2.
Risk 1 merupakan kelas teori, yang berlangsung selama 4 jam, dimana kami diberikan materi mengenai bahaya menyetir di bawah pengaruh alkohol dan obat-obat terlarang. Kelas ini menampilkan video-video kisah nyata orang-orang yang sempat terlibat kecelakaan fatal karena dua hal tersebut. Selama nonton rasanya mau nangis terus.
Risk 2 adalah kelas praktik yang mengajarkan cara menyetir di kondisi jalan yang extrem. Misalnya jalan licin karena genangan air atau salju, harus mendadak menghindari binatang liar yang melintasi jalan (Di Swedia mah bukan kejadian aneh kalau ada rusa atau moose yang tiba-tiba melenggang santai menyebrang jalan dan menyebabkan kecelakaan) dan lain-lain. Kelas ini seruuuuuu buanget. Gue nyicipin nyetir ngepot-ngepot di lintasan khusus menggunakan mobil Mini Cooper. Kelar-kelar latihan langsung nodong Bubu untuk beliin ???.
Ga cuma ngepot-ngepot di lintasan licin, gue juga merasakan berada di dalam mobil yang terbalik 180°. Kaki di atas, tangan di bawah dan cuma tertahan sabuk pengaman. Sempat juga merasakan rasanya badan ditahan seat belt saat berhenti mendadak dari kecepatan 70 km/jam (menggunakan kursi simulator). Yang pasti kelas ini sukses bikin gue selalu ingat untuk menggunakan sabuk pengaman sebelum mobil berjalan. PENTING BANGET TERNYATA!
Website tempat gue mengikuti kelas Risk 2. I want the mini!
Selain dua kelas wajib yang gue sebutkan di atas, setelah masuk bulan Oktober atau November beberapa sekolah setir mewajibkan murid-muridnya mengikuti kelas tambahan yang bernama kelas Mörkkörning (menyetir di kondisi gelap/malam). Sekolah gue, sayangnya, termasuk yang memulai kewajiban ini di bulan Oktober. Jadilah gue harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengikuti kelas tersebut. Yah, anggep aja full experience yaaah, belajar nyetir juga dikondisi gelapnya Swedia kayak apa (yang pelit banget ga pakai lampu jalan di tol atau country road).
The Theory Lesson
Kalau dari tadi membahas soal praktik, syudah pasti gue pun musti belajar teori peraturan-peraturan yang berlaku di sini. Gue yang terlalu malas untuk mengikuti kelas teori di sekolah memilih untuk belajar secara mandiri aja di rumah. Alhamdulillah hasil kemajuan teknologi yaaa, gue ga perlu baca berpuluh-puluh halaman buku teori dan cukup belajar contoh soal via App yang disediakan oleh STR (Sveriges Trafikutbildares Riksförbund atau The Swedish National Association of Driver Trainers). Sungguh walau peraturannya buanyaaak banget bikin mumet, setidaknya app ini membuat hidupku jadi lebih mudah.
Aplikasi yang gue gunakan untuk belajar teori. Kiri: contoh soal untuk tiap-tiap bagian, tengah: contoh soalnya (di sini gue sedang belajar bagian “funktion & kontroll”), kanan: Di app ini kita bisa latihan menjawab 65 pertanyaan seperti layaknya saat ujian beneran. Tiap sekolah menentukan batas nilai minimum masing-masing untuk dianggap lulus. Sekolah gue menentukan nilai minimal untuk lulusnya 62 points.
The Test
Setelah mengikuti beberapa sesi latihan di sekolah, gue mulai nanya ke guru gue kapan gue bisa ikutan ujian. Begitulah sistemnya kalau belajar di sekolah setir. Sang guru yang menentukan kapan si murid bisa ikut ujian. Saat itu gue udah belajar setengah jalan jadi dia bilang bakal coba liat ke administrator di sekolah bisa ga booking waktu dan ternyata gue baru mendapat jadwal tes di bulan November (gue nanyanya di akhir bulan September). Yah sudahlah. Selama menunggu hari ujian datang, gue pakai dengan latihan soal dan latihan nyetir bareng Bubu nyaris setiap hari.
Theory Test
5 minggu berlalu dengan cepat dan hari ujian pun tiba. Ujian biasanya dimulai dengan tes teori dulu. Bahasa yang digunakan bisa memilih antara Swedia atau beberapa bahasa asing yang mayoritas digunakan di sini (seperti Inggris, Thai atau Arabic). Gue memilih untuk mengerjakan tes dalam bahasa Inggris, soalnya pernah nyoba mengerjakan contoh tes teori pakai bahasa Swedia di app dan kagak ngerti sama sekali pertanyaannya.. bahahaha. Jadi daripada coba-coba dan gagal yaa, mending yang pasti-pasti aja deeeeeh. Mahal cyin.
Jadwal tes teori gue kemarin lumayan pagi, yaitu jam 8.30 pagi. Tapi gue diharuskan datang 30 menit sebelumnya karena harus proses ambil foto dan habis itu mendaftarkan diri di loket. Gue kira proses foto ini manual dengan petugas khusus (yah, you know lah begimana di Indonesia). Ish, ternyata di sini pakai alat foto otomatis. Uyeaaaaah, bisa pol-polan nih gayanya B-) . Sayangnya udah ampe ngulang foto 3 kali juga hasil foto gue ga ada yang bener. Ya, terima nasib aje. Emang mukenye begitu juga bentuknya. Nyahaha.
Setelah foto dan daftar ulang kelar, gue menunggu untuk diperbolehkan masuk ke ruang tes. Selain gue ada beberapa belas orang lainnya yang sama-sama akan ujian. Jam 8.30 teng pintu ruang ujian dibuka dan semua peserta masuk ke dalam. Begitu masuk, kami harus mendaftar ulang (lagi) dan mendapat nomor komputer yang akan digunakan untuk tes. Gue kemarin dapat komputer nomor 15. Sang penunggu ujian membuka sesi tes dengan menjelaskan prosedur tes dan ga lama ujiannya pun dimulai.
Durasi ujian teori berlangsung selama 50 menit dan gue harus menjawab 70 pertanyaan pilihan ganda. Dari 70 ini, 5 pertanyaan merupakan “pertanyaan dummy” yang ga akan dihitung dan ga akan dikasih tau juga kalau itu dummy. Nilai minimal untuk lulus adalah 52 jawaban benar dari maksimal 65 pertanyaan dan langsung dikasih tau pass/not pass setelah kita submit seluruh jawaban. Pertanyaan yang didapat setiap orang ga ada yang sama. Jadi walau kita celingak celingukan kanan kiri, ga akan dapet celah untuk nyontek ke tetangga.
Gue menghabiskan hampir seluruh waktu yang diberikan untuk menjawab semua soal dan mengeceknya satu-persatu sebelum submit ke sistem. Saking lamanya, pas kelar gue baru ngeh kalau ternyata gue orang kedua terakhir yang masih ada di sana. Bahahaha. Alhamdulillah setelah submit gue langsung menerima notifikasi kalau gue lulus dan setelah gue cek di website, nilai gue 59 dari maksimal 65. :dance_moves: :dance_moves:
The result for theory test, personal detailsnya cencu udah aku edit yaaa.
Driving Test
Beberapa hari setelahnya datang ujian yang paling bikin stress, yaitu ujian praktik. Ujian praktik ini terkenal susah dan udah bukan cerita baru kalau banyak yang gagal dan harus mengulang 2 sampai 3x untuk bisa lulus. Karena sadar ujian ini ga bisa dianggap enteng, dari malam sebelumnya gue sukses ga bisa tidur. TEGANG AKU MAK!
Karena gue booking waktu dan meminjam mobil untuk ujian via sekolah setir, sudah jadi prosedur sekolah kalau 1 jam sebelum ujian, murid-murid selalu melakukan latihan terlebih dahulu. Mungkin biar pada ga grogi dan udah anget nyetirnya. Typical me, selama latihan ini gue melakukan beberapa kesalahan yang bikin guru gue sukses ikutan stres. Nyahahaha.
Begitu kami sampai di parkiran tempat ujian, guru gue masih keliatan nervous banget dan nyoba inget-inget petuah-petuah apa aja yang bisa dia bagi ke gue (“nyetirnya jangan mempersulit diri sendiri!”, “nyetir kayak biasa kamu nyetir, jangan mentang-mentang ujian jadi over careful!”, “jangan lupa tombol-tombol di mobil!”, “anggep aja kamu nyetir sendiri, cuekin aja intrukturnya”). Dan begitu instruktur penguji datang (yang dimana gue mendapat 2 instruktur penguji, salah satunya adalah trainee), mukanya makin terlihat stress ninggalin gue di mobil. :haha: :haha:
Ujian praktik menyetir dimulai dengan tes keamanan. Sang penguji akan meminta peserta untuk menunjukkan hal-hal tertentu, misalnya “coba kamu kasih liat cara cek oli mobil!”, atau “coba kamu kasih liat lampu-lampunya berfungsi ga!”. Hari itu gue mendapat perintah untuk menunjukkan apakah rem berfungsi atau ga.
Setelah instrukturnya puas dengan jawaban gue, baru deh mulai tes nyetirnya dimulai. Ujian ini selalu dilakukan di jalan umum. Biasanya bervariasi dari jalan perkotaan, jalan kecil, perumahan, highway, country roads, etc. Rutenya selalu random untuk tiap-tiap orang. Instruktur penguji akan memberikan petunjuk gue harus kemana dan ngapain. Di sepanjang jalan itu juga gue pun diharuskan menyetir secara eco-friendly. Artinya level gas buang dari mobil harus seminim mungkin.
Ribet, yes?
Tapi mungkin hari itu dewi keberuntungan sedang berpihak di gue, walaupun sampai 2 orang, tapi intruktur-insturktur penguji yang bertugas orangnya pada baik-baik sekaliiii. Sepanjang ujian, hawanya santai banget. Bahkan kami bisa ngobrol soal jalan-jalan, kerjaan. Dan walaupun gue melakukan beberapa kesalahan, untunglah ga ada yang cukup fatal karena saat kami kembali ke parkiran Trafikverket, gue langsung dinyatakan LULUS.
the result for driving test, personal detailsnya (again) cencu udah aku edit yaaa. Buat translatenya, kalau agak ajaib maklumin aja yah. Hasil translatenya mbah google.
The Total Cost
Sekarang mari kita hitung total biaya yang gue keluarkan untuk mendapatkan SIM Swedia.
Pengeluaran wajib (yang udah pasti ga bisa diganggu gugat):
- Kelas Risk1: 650 SEK
- Kelas Risk2: 2 200 SEK
- Test Teori+Tes Praktek+Biaya foto: 1 205 SEK
- Cek mata: 70 SEK
- Biaya pinjam mobil untuk test: 700 SEK
- Biaya pembuatan kartu SIM: 250 SEK
Pengeluaran tambahan (bisa beda-beda tergantung kondisi/sekolah setir yang dipilih):
- Introduction class (400 SEK/orang x 2 (pendamping + murid) ) = 800 SEK
- 22 sesi latihan setir: 15 710 SEK (dirata-rata per sesinya sekitar 714 SEK)
- Kelas Mörkkörning: 800 SEK
Total biaya: 22 385 SEK (dengan kurs saat post ini dibuat 1 SEK = Rp.1623,- kira-kira setara Rp.36.346.906,-) :pingsan:
But yeah, itulah biaya yang harus gue keluarkan untuk mendapatkan SIM Swedia. Tapi walau udah keliatan mahal banget, jumlah yang gue bayar ini masih termasuk harga standar (ada yang sampai menghabiskan 50rb -70rb SEK). Edan yaaa. But you know what, faktor biaya yang tinggi ini (ditambah kenyataan kalau ujian praktik itu emang horor) rasanya cukup membuat orang-orang yang berniat mendapat SIM belajar dengan sungguh-sungguh. Jadi begitu lulus, it’s a big deal banget untuk semua orang. Ga hanya untuk yang dapet SIMnya doang, tapi keluarga, teman-teman, sampai kolega pun semua ikutan happy.
The Summary
Pengalaman mendapatkan SIM Swedia ini merupakan pengalaman yang sangat-sangat menarik buat gue. Dari belajar nyetir lagi dari awal (biasa setir kanan, eh sekarang pindah ke kiri), belajar nyetir harus bener-bener ngikutin aturan (karena tau sendiri ya di Indonesia gimana.. akui sajalah.. bahaha), belajar nyetir secara eco-friendly, ngerasain ikut ujian teori dan praktik. Yup, semuanya berasa seru aja (walau aslinya stress setengah mati takut gagal dan musti keluar uang lagi ?).
Cuma sebenarnya untuk ngedapetin SIM di Swedia itu susah ga sih?
Hmmm… ?
Untuk teori, menurut gue asal kita benar-benar rajin latihan soal dan tes-tes setiap bagian, rasanya kecil kemungkinan untuk gagal. Apalagi passing gradenya cukup lumayan leluasa kalau misalnya kita lupa-lupa dikit.
Tapi tes praktiknya.. nah ini tricky banget. Selain kemampuan kita dalam mengemudi, ada faktor X yang sangat mempengaruhi hasil akhir tes. Faktor X nya bisa jadi cuaca (cerah, hujan, salju, etc), jam tes (rush hour atau jam biasa), jenis penguji (tipe strict, rese atau santai), kondisi jalan (lagi banyak roadwork atau ga) yang dimana semuanya ga bisa kita kendalikan. Faktor X benar-benar mengandalkan keberuntungan kita hari itu.
In my case, sepertinya saat gue melakukan ujian, semesta ikut mendukung (pas ujian cuaca cerah, bahkan gue sempat menyaksikan matahari terbit bulat sempurna. Udah gitu rute tesnya gue udah familiar karena sering gue pakai latihan sama Bubu dan yang paling utama, gue mendapat instruktur penguji yang baik banget), jadi prosesnya lancaaaar luar biasa dan gue berhasil mendapatkan SIM Swedia dipercobaan yang pertama. Puji syukur, alhamdulillah.. ?
Sekarang, SIM Swedia sudah resmi di tangan, hati ini rasanya legaaaaa banget. Soalnya mendapatkan SIM ini merupakan goal gue untuk tahun ini (no, I wont consider it as a “resolution” :P). Apalagi biaya yang dikeluarkan gede, bebannya berat kalau sampai gagal berulang-ulang. So yeah… I’m really happy and so proud of myself.
Next… Let’s get ourselves a job, me! :pray: :pray: :pray:
Gilee,,, shock banget dah antara prosedurnya ama nilai nominalnya ? tapi yang paling shock sih ama prosedurnya yang masyaAllah banget yaak ?. Congrats ya Be, syukur alhamdulillah dikasi lancar prosesnya ?
Btw, kalo mesti ngulang, jeda dr tes 1 ke yg berikutnya brp lama?
Thank you… ?☺️
Kalo mau ngulang, bisa langsung tes lagi asal dapet jadwal. Tapi kalau lebih dari 2 bulan sejak tes teori, harus ulang semua tesnya lagi dari awal, teori dan praktik.
Yey, congrats Be ☺☺☺???? baca ini jadi merasa worth it lah ngeluarin duit sampai 36 juta lebih buat dapat SIM Swedia. Selain itu baca ini juga jadi memacu semangat saya untuk bisa lulus di ujian bahasa Jepang level paling tinggi yang sudah menjadi goal saya beberapa tahun terakhir tapi belum tercapai juga karena semangatnya masih kurang, belum kayak Bebe 🙁 thank you for sharing yang nambah semangat aku, Be ☺☺☺☺
Semangaaaaaaat.. semoga cepet lulus ujian bahasanya yaaaa ?
Aamin ??? thank you, Be ❤❤❤
Waaah bener2 panjang dan berliku ya jalannya. Congrats Mbak! 🙂
Makasiiih. Hahah iya, banyak banget prosesnya di sini.
selamat be….gua cuma fokus sama biayanya doang ituhhh…mahalll amit yaa! bisa dapet 2 motor klo di indo…wkwkwkk
Thank you mbak. Iya emang biayanya tuh bikin pening. Makanya mau ambil SIM bawaannya tegang karena mikirin duitnya mulu ??
Hi Kak Be, skrg menunggu cerita kakak lama sekali ya hehe
Btw, Congrats Kak Be??? , ak baca ceritanya seru banget haha, tapi mahal sekali ya ternyta
??? huhu iya niiiih. Blog udah lama banget ga kesentuh yaaaa.. pingin bawel2, cuma tugas2 sekolah numpuk mulu. ???
Makasiiiiih ☺️☺️ Ho’oh memang luar biasa biayanya. Bikin stress terus selama belajar. Makanya begitu lulus langsung legaaaaaa ??
selamat ya be… kalo ngeliat prosesnya yang panjang dan biayanya, pasti lega banget bisa lulus…
Thank you Mel.. iyaa.. lega banget2.
Selamat mbaknya! Cuma ya itu aku koq salfok ke bagian akhirnyaaa … HAHAHA .. coba ntar ta’ cari tau berapa harga mau bikin SIM di sini hahaha 🙂
Hahahaha bikin stress ya akhirnya ?? iya Gil, mau dong tau biaya bikin SIM di sana berap. Penasaran deh.
congrats ya akhirnya punya SIM Swedia..keren ih,,
Thank you mbak.. iya akhirnya niiiih.. ?
miss your blog btw..
Awwe thank youuuu (hug)
Kangen juga nulis tapi bingung mau bahas apa.. ?
waah gilaaa, mahal banget haha
di Indo skrg 800rb 1 SIM gak pake test aja udah ngeluh 😀
tapi selamaaat mbak Be 🙂
Ahahahaha… iyaaa makanya mau bikin SIM di sini kebanyakan mikirnya ?
Thank youuu ☺️☺️
Wow luar biasa, mahal dan ketat ya prosesnya.
Tapi tentu saja ini sebanding dengan kualitas pengemudi disana.
Btw selamat ya mbak.
[…] suka ketereran, cuma masih bisa gue atasi apalagi Bubu juga selalu sigap bantuin. Tapi begitu gue mulai les nyetir, belajar teori lalu lintas, ngirim lamaran kesana-sini berbarengan dengan sekolah fulltime plus ngurus anak-anak dan rumah […]
Susah bangeettt hahahahahah. Tapi yang simulasi seatbelt dan mobil terbalik dll seharusnya ada juga ya di Indonesia, karena di sini masih pada meremehkan seatbelt, seringkali pake cuma pas liat ada pak polisi doang lol.
Ga kebayang kalo dapet penguji rese yang bikin situasi tegang dan kitanya juga grogi. UH-OH. Bisa-bisa yang tadinya pede tiba-tiba jadi salah-salah melulu.
Iyaaa.. emg itu yg bikin stress sebelum ujian. Ga tau pengujinya bakal dapet kayak apa.