Ketika Hidup Tak Lagi Hitam Putih

Tulisan yang udah lamaaaaaaaaaaaaaaa banget kesimpen di draft. Saking lamanya, udah ampe bedebu-debu tebel pas bukanya. Eniho, mumpung lagi ga ada bahan cerita, mending dipublish aja deh.. ahahaha..

* * * *

2012/03/16

Salah satu mata pelajaran di kelas SAS (Svenska som Andraspårk) yang lagi aku ikuti sekarang ini adalah skrivträning atau latihan menulis. Jenis latihan yang diberikan bermacam-macam, tapi lebih banyak sih membuat tulisan yang berhubungan dengan koran. Seperti misalnya menulis artikel, insändare, debatinläg, dll.

Nah, kali ini aku dapat tugas membuat debatinläg atau sebuah artikel dimana aku harus mengemukakan pendapatku atas suatu hal (baik itu setuju atau tidak setuju) dan harus dilengkapi dengan fakta-fakta yang ada. Tentu aja karena namanya “debat”, mau ga mau aku juga harus menuliskan sisi kebalikan dari argumenku dan setelahnya menemukan titik tengah dari kedua pendapat tersebut namun tetap pada pendirianku (baik itu pro atau kontra).

Hal yang menurutku menarik dari tugas ini adalah bukan pada proses menulisnya itu sendiri, tapi pada proses berpikirnya. Di sini aku diharapkan untuk mempunyai pendapat pribadi, tapi di saat yang sama juga harus memikirkan pendapat orang lain yang bertentangan denganku. Karena itulah mencari tema agak-agak susah. Kenapa? karena ternyata cara berpikir kita itu secara sadar ga sadar suka hitam putih ya.

Maksudnya gimana?

Jadi gini, contohnya dari kecil kita dibesarkan dengan norma/dogma/adat/tradisi yang unik. Berbeda-beda setiap keluarga/daerah/negara. Dari situ secara ga sadar udah kebentuk suatu cara pikir yang pastinya terpengaruh hal-hal di atas tadi. Nah saat kita keluar dari “kotak” itu, baru terlihat apa yang selama ini kita anggap benar dan kebalikannya adalah salah, ternyata ga berlaku sama sekali di tempat lain. Contoh mudah, di Indo sepasang kekasih (belum menikah) memutuskan tinggal bersama itu tabu banget (selain memang tidak resmi), tapi di Swedia tinggal bersama ternyata sudah jadi salah satu pilihan valid warganya dan mempunyai dasar hukum yang nyaris sama seperti layaknya pasangan yang menikah.. Pertanyaannya… siapakah yang benar dan siapa yang salah? Kalau mau mulai gontok-gontokan pasti dua-duanya akan bersikukuh mereka yang benar.

Contoh lain yang mungkin agak berat yaitu tentang aborsi. Pasti semua (atau kebanyakan) berpendapat kalau itu ga baik dan semestinya dilarang. Tapi di sisi lain banyak kejadian anak-anak diperkosa paman atau mungkin ayahnya sendiri sampai hamil. Apakah pilihan aborsi pada kasus tersebut juga masih mustahil?  (kedua kasus di atas cuma contoh, ga perlu lah dibahas lebih jauh).

Pada saat itulah beberapa cara pandang kita yang tadinya udah saklek hitam-putih, diminta untuk mulai terbuka dan menerima bahwa ada fakta-fakta yang lain yang harus dipertimbangkan juga. Cara saya benar dan kamu salah itu udah ga berlaku lagi. Dunia yang tadinya hitam putih mulai luluh dengan warna-warna baru. Dari situlah muncul yang namanya rasa toleransi dan saling menghormati.

Aku sendiri merasa setelah pindah ke Swedia, banyak dihadapkan dengan kondisi dimana aku harus belajar untuk berpikiran terbuka dan ga judgmental terhadap orang lain. Terutama setelah bersekolah dengan berbagai macam orang dari berbagai negara. Udah sifat pribadinya macem-macem tambah pula latar belakang yang beda-beda. Aku belajar not to judge someone from his/her cover. Yang pendiam belum tentu jutek, yang bawel belum tentu menyenangkan. It takes time to know someone.. and it’s better to take things slow, rather than pointing finger saying that he is this and her is that just because they don’t do the things I do.

On the other hand, berusaha berpikir terbuka itu ternyata ga semudah yang diduga ya. Secara sadar atau ga sadar, kita udah mempunya persepsi masing-masing tentang semua hal dan kadang susah banget untuk menerima hal-hal yang beda dari persepsi kita tadi. Tapi manusiawi lah ya kayak gitu. Setidaknya kita mencoba mengerti dan terpenting belajar toleransi. Ya ga seeeh?

* * * *

Hahahahahahaha.. serius ga siiiiih postingan gw kali ini..  B-).

More about Bébé

An Indonesian who currently living in Helsingborg, Sweden. A wife and a mom of two cute baby girls. A gadget-freak, manga lover and k-pop listener. Has a passion for photography. Love traveling and cooking.

87 thoughts on “Ketika Hidup Tak Lagi Hitam Putih

  1. arman

    Bener bgt be! Kuncinya ya toleransi krn setriap org punya prinsip dan persepsi yg berbeda2. Dan gw jg merasa, sejak pindah keluar indo, ketemu dgn banyak org dari berbagai bangsa, semakin membuka pikiran kita kalo bangsa lain itu punya nilai2 yg beda banget ama kita. Tp ya gak perlu judgemental karena balik lagi toh emang budayanya jg beda. 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Yoih Man.. Soalnya kalau makin dipikirin (kok mereka gini gitu gene gono?), malah kitanya sendiri yang pusing ga sih?

      Reply

  2. ita

    Eh iya tuh, 8 tahun lalu pas baru pertama kali ngontrak rumah sempet shock krn tetangga rumah gw yg msh single suka bawa pasangannya nginep ke rumahnya, gw sampe nyuruh2 laki gw buat lapor ke pak RT karena menurut gw itu kan gak bener.. Untung aja laki gw gak dengerin istrinya, bisa2 kita berantem kali ya sama tetangga…
    Tapi seiringnya waktu, akhirnya gw sampe pada tahap, ya udahlah.. Hidup2nya orang lain ini.. :yes:

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. akhirnya nyerah ya? coba maju terus, jadi penasaran sama cerita lanjutannya.. :laugh: *provokator mode*

      Reply

      1. ita

        Kl maju terus gw bakal dicap sbg orang paling aneh sedunia kayaknya..hahahaha
        Sekarang di lingkungan rumah juga ada, ya masing-masing aja..

        Reply

        1. Bébé

          Hahahahaha… jangan2 malah pak RT-nya juga tau.. :haha:

          Reply

  3. Nella

    Tiap bangsa punya normanya masing2 ya Be. Namanya kita orang asing dinegara orang ya jangan nuntut norma di negara kita diikuti orang2 juga 😀 Apa yg dianggap tabu dinegara kita lah disini biasa saja. Apa yg dianggap tabu di (Jerman) misalnya, ga boleh tuh nanya2 umur, status nikah/single, sdh punya anak/belum dan pertanyaan kepo lainnya kalau elo ga dekat2 amat B-)

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. iya, disini juga kurang lebih sama Nel. Nekat ya kalo nanya2 gitu ke orang baru kenal.. ^^

      Harus selalu bisa terbuka pikiran supaya gampang adaptasi di tempat baru ya Nel.. :yes:

      Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. Ampe speechless ya Non saking seriusnya.. 😛

      Reply

  4. yance

    wahhh…postingan kali ini daleeeem bener be…hehehehe
    tapi setuju banget….kita harus selalu berpikiran positif tentang orang lain atau suatu hal, karena dibalik itu semua mereka kan punya sisi lain yang kita tidak tahu , orang yang kita kenal tahunan aja kadang suka masih ada sisi terang/gelap nya yang baru kita tahu kemudian hari. Artinya diperlukan sikap toleransi yang besar dan rasa nrimo terhadap kekurangan orang lain.

    Reply

    1. Bébé

      Haaaah.. Dirimu menjelaskannya lebih bijak daripada aku mba… ^__^

      btw, iya nih. Lagi iseng pingin yang serius2.. abis makan obat kayaknya.. 😛

      Reply

  5. yeye

    Serius bqt be 🙂
    Tp setuju yah sm Arman dan Yance 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Hahaha.. iya, postingan lama waktu masih alim :laugh:
      Setuju yang bagian mananya aja niiih? :thinking:

      Reply

  6. adi pradana

    Mbak be, hidup penuh warna, ad yang gelap ada yang terang… Ikuti arah takdir dengan sikap sabar dan ikhlas… #apasihini

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. apasihkamuuu.. :laugh: Iya hidupnya harus warna warni yaaah.. :yes:

      Reply

  7. Chelle

    setuju kaaaak
    Don’t judge book by its cover XD
    Dan iya, postingan ini serius feel.nya hihi

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. ini posting lama waktu masih alim Chel.. makanya serius.. :laugh:

      Reply

  8. ilmiy

    Stujuuu banget mbak Be… Sederhananya yang sesama orang satu negara trus beda daerah aja bisa beda banget prinsipnya.. Apalagi pake beda negara. INtinya ya tetep toleransi.
    Klo aku sih, selama dia/mereka gak nyenggol teritori ku, ya monggo aja mau jungkir balik semaunya. Gmau ngejudge juga. Karena aku gakmau di judge sembarangan juga ama orang. Pan yang ngejalanin hidup kita ya masing2 kita bukan mereka. 😀 Ya too.. Ya too.. Ya too.. :mrenges:

    Reply

    1. Bébé

      Ya toooooh… :yes: hahaha.. Dan aku juga setuju banget bagian.. “Karena aku gak mau di judge sembarangan juga ama orang”.. :good:

      Reply

  9. Esti Sulistyawan

    Euy..seriuse
    Temanku yang di Luar Negeri memang rata2 toleransinya tinggi Mbak
    Pernah sih dia berantem sama orang sono, dia cuek2 aja, malah bilang “bukan kampung gua juga”
    hahahaha

    Reply

    1. Bébé

      Hahahahahaha.. bisa aja jawabnya :mrenges:
      iya nih mba lagi iseng serius2.. sekali2 ga ngebanyol dulu.. ahahaha.. :p

      Reply

  10. mamayara

    Hmm… postingan serius, Be, tapi mencerahkan kok..
    Jangankan dg orang lain bangsa/adat/agama.. dengan pasangan sendiri pun kadang ada perbedaan visi dan prinsip. Pernah dengar quote dari acara HitamPutih kira-kira gini ” Ada 1001 alasan untuk ribut dengan pasangan anda.Tapi ada satu alasan untuk tetap bersama dia : Toleransi”
    Andai toleransi ini dapat diterapkan di dunia ini manusia akan mengerti dunia ini penuh “warna” dan mereka bisa keluar dari “kotak sempit ” itu

    Reply

    1. Bébé

      Hahaha.. maap yaa postingannya serius bener.. ga cocok ya sama imagenya selama ini.. :laugh:

      Igh iyaaa.. bener bangeeeet. Sama pasangan sendiri aja bisa perang ya kalo ga ada toleransinya. Betul betul betul..

      Reply

  11. tintin syamsuddin

    iya soal budaya kita dan mereka, itulah uniknya, punya SUDUT PANDANG yang berbeda.. tergantung seterbuka apa kita akan pendapat orang lain.. baca blog orang lain juga bikin kita punya persepsi berbeda..

    akhirnya dikau bikin apa buat tugas debatinlag? [bikin font pake titik dua diatas aksara ga ada dimari, pasti ucapannya dan artinya juga beda toh? halah bahasa tulisan juga ada “sudut pandang”nya..]

    Reply

    1. Bébé

      Yup.. sebenernya apa pun di kehidupan sehari2 emang udah penuh sudut pandang yang beda2 ya mba..

      Hahaha.. aku bikin tulisan soal Bonus uang dari pemerintah untuk org2 yang bisa selesai SFI dalam waktu tertentu. ^^

      Reply

      1. tintin syamsuddin

        dimana bumi berpijak, disitu langit dijunjung..
        semua punya kebiasaan masingmasing.. hormati aja..

        Reply

  12. melissa

    udah serius-serius ditutup dengan “Ya ga seeeh?”
    gubrakkk

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. langsung ngedrop yaaa.. :laugh:

      Reply

  13. Melissa Octoviani

    sayangnya, di indo ini kayaknya agak susah ya menerima perbedaan…

    Reply

    1. Bébé

      Semoga generasi yang sekarang dikit2 udah bisa Mel.. :yes:

      Reply

  14. bianca

    hmmmm sama dengan tulisanku beberapa hari yang lalu, life is not just black and white..
    its my new blog dee, hihihi… mungkin bisa nebak aku siapa… 😀

    Reply

    1. Bébé

      Huaaaah.. cuma satu yang selalu manggil aku “Dee”.. mba Dina yaaaaaah.. :thinking: KOk tumben pake nama lain mba sekarang ngeblognya?

      Reply

      1. Bianca

        Hahaha iya nih, lg pengen nulis out of normal topic, jadi ya sekalian aja bikin blog baru….
        Kmaren aku nulisnya belom lengkap nih si Hitam Putih, keburu perhatiannya teralihkan….

        Reply

        1. Bébé

          Jadi yang ini buat yang non personal gitu mba? huaaaah.. nanti aku taro reader juga yaaah.. ^^

          Reply

          1. Bianca

            Iya betul betul, yang ga related ama kerjaan n kehidupan normalku… Random lah, Makanya tidak terasosiasi sama sekali sama blog yang lain

            Reply

            1. Bébé

              Jadi sekarang blognya ada berapa mba? :thinking:

              Reply

  15. dea

    kalo gw, makin gede jadi makin belajar prinsip kalo, ketika kita meyakini A, bukan berarti yang di luar A adalah salah, dan hak orang lain untuk meyakini hal di luar A. Dan ketika orang tanya, jadi yg bener A atau B, ya gw akan tetep bilang A, tapi apakah B itu salah? Belom tentu.
    Hehehe ribet yak. Yah intinya sih mind your own bussiness aja.. 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Yup.. emang gt De.. Pastinya pendapat kita semula ga langsung tiba2 harus ngikutin orang lain.. tapi lebih harus toleran sama pilihan/kondisi sekitar.. Kadang kan suka susah kayak gitu De.. 🙁

      Reply

  16. thea

    emang harus belajar berpikir out of the box ya, keluar dari zona nyaman kita dan melihat sekeliling kalo ternyata banyak hal yang beda banget dari cara pandang kita selama ini *jadi ikutan serius* hahahaha

    toleransi emang penting bangettt 😀

    Reply

    1. Bébé

      Yesssss… berhasil bikin yang lain jadi serius jugaa.. :muhaha:
      *eh*

      Reply

  17. applausr

    karena itulah orang yang sudah melalang buana kemana mana memiliki kecenderungan yang lebih toleran. Dimana mana berbeda beda.. salah benar tergantung dari mana sisi kita melihatnya. Selama kita masih menginjakan kaki ke tanah, semua adalah relatif.

    Tulisan tanpa foto yang sangat baik…. 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Setujuuuh.. :yes:
      Makasiiih.. Huaaah.. seneng pertama kali serius ternyata nyambung obrolannya sama temen2 yang lain.. ^^

      Reply

  18. renny tania

    Justru serius banget postinganmu kali ini :laugh:
    ” not to judge someone from his/her cover. Yang pendiam belum tentu jutek, yang bawel belum tentu menyenangkan. It takes time to know someone.. and it’s better to take things slow, rather than pointing finger saying that he is this and her is that just because they don’t do the things I do.”
    kerenn be kalimat diatas, setuju banget dan sama2 juga pengen belajar 🙂 thanks for sharing ya be 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Sekali2 mau serius Ren.. biar kesannya gimana gitu si Bebe.. ahahaha.. *ga ngaruh yaaa?*
      Sama2.. ^^

      Reply

  19. qonita

    nice post :good: :good:
    memang pernah tinggal ato pergi ke negara atau daerah lain biasanya jadi lebih toleran hehe
    atau berusaha jadi lebih bisa adaptasi atau memaklumi ama budaya negara itu
    apalagi klo negaranya homogen abis kayak korea ini, yg klo kita ya keliatan beda pasti ditanya banyak bener..
    #jadi curcol :laugh:

    Reply

    1. Bébé

      Hahahahaha.. dirimu sering ditanya2 yaaa? kan berasa jadi seleb dong? eh ga gitu yah? :laugh:

      Reply

      1. qonita

        iyak..kok tau sih jadi seleb disini haha

        Reply

        1. Bébé

          Iya dooong.. kan feeling so strong ceritanyaaa.. hahaha

          Reply

  20. Bucket of Cherries

    Aku suka postingannya be!! So true, sejak gw tinggal di luar gw dikonfrontasikan dengan cara pandang aku thdp suatu masalah. Jujur, aku ngira aku ini orang yg amat sangat open-minded tp toh tetap aja bnyk hal baru yg aku pelajari disini. Kadang belajar hal baru bikin kita bingung karena sebelumnya pandangan kita totok banget eh trus ditunjukin, nih, ada kok point of view yg lain dan alasannya. Nohok bgt kadang2 ya. Tp semua ini nunjukin keragaman manusia, dan ga ada yg benar atau salah sebenarnya karena manusia itu ga bisa di kotak2in. Gitu deh jeng bebe 🙂 :coffee: *nyerupu kopi dulu aah..*

    Reply

    1. Bébé

      Aaaaaah.. dirimu kok jelasinnya lebih oke siiih. Jadi gatel pingin copas deh.. *eh* ahahahahaha.. Ngopi dulu yuuuks.. :coffee:

      Reply

  21. May

    Betul! We never know what has happened on someone’s life and why they turned out to be that kind of person. Kadang aja kita sendiri bisa jadi pribadi yang berbeda2. Kalo habis kena marah boss misalnya, kita bakal bete dan pas pulang males banget maw basa basi sama orang di train, even kasih senyum aja susah bener. Pdhal mungkin kita bukan orang yang kayak gitu.
    Ini susah sebenernya untuk diaplikasikan dalam hidup sehari2 yah Be, karena kita sbg manusia cenderung nge-judge dulu, karena yah, itu lebih gampang.
    Thank you for reminding us anyway. =)

    Reply

    1. Bébé

      Emang siiiih.. gw juga ngerasa susahnya disitu May. Pasti ada saat2 gw secara ga sadar langsung ngejudge orang juga sih. Makanya berusaha sedikit demi sedikit berubah nih.. :yes:
      Sama2… :cozy:

      Reply

  22. Tanti

    Setuju sekali mbak. Waktu belajar psikologi jadi semakin paham juga kalau tiap individu itu unik dan punya cara pandang sendiri-sendiri, berdasarkan pengalaman masing-masing… Jadi ngga bisa menilai satu orang lebih baik hanya karena cara pandangnya berbeda….
    Anyway, jadi ingat waktu di Boras dulu sempet ada sesi debat di salah satu mata kuliah. Kelasnya dibagi dua, yang satu disuruh jadi pihak pro Free will, yang satu pihak kontra free will, Lumayan seru dan panas debatnya, ternyata murid2 Swedia juga punya sifat ngga mau kalah kalau debat, tapi akhirnya sih ketawa-tawa damai waktu kelasnya selesai, hehe…^^

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. orang sini demen debat kayaknya. Tapi ya gitu ajah. Selesai ya kelar juga debatnya. Ga dibawa personal. Susahnya kan kadang kalo dibawa personal gitu ga sih? :laugh:

      Reply

  23. dani

    Sukaaa banget Be isi tulisannya. Serius abis.
    tapi susah Be not pointing at someone instantly. Meskipun gak diomongin dan cuman dalem ati aja tapi tetep aja dipikiran ngejudge. Tapi kalo bisa sih emang jangan sampe dikeluarkan ke bahasa tubuh yang bisa diartikan ama orang lain. Cukuup di pikiran aja.
    Suka judulnya juga. Dewasa gitu. 😛

    Reply

    1. Bébé

      Yuppi.. emang susah Dan. Gw juga ampe sekarang masih suka gitu kadang2. Tapi setelah beberapa lama baru inget jangan main ngejudge aja. Mending nonton Judge Dredd.. *eaaaaaa*

      Hahahaha.. jadi selama ini ga dewasa gituuu? gituuuuuh???? :laugh:

      Reply

  24. MrsSunshine&Butterflies

    Wah… postingannya berat banget hari ini, ya :thinking: Jadi harus pake otak saya untuk tulis komen ini :lmao:
    Iya Be, kuncinya tinggal di negeri orang itu toleransi dan open-mind… Jangan dipikirkan terlalu dalam sesuatu
    yg tidak sama dgn budaya Indo… forgive dan forget, Be… The sun will come out tomorrow :music: (kok malah nyanyi, ya)
    :banana1:

    Reply

    1. Bébé

      Nyahahahaha.. akhirnyaaaaaaaa.. serius juga kan Bebe nulisnya. Ini juga untung udah lama nulis postnya, jadi ga perlu mikir sekarang. Tinggal publish doang.. :laugh:

      “Bet your bottom dollar that tomorrow… There’ll be sun! ” lanjut nyanyi.. ahahaha :music:

      Reply

  25. feryka

    Mau komen perdana di blog si mbak bebe ahh ,
    . mungkin itu kali ya, jangan mau jadi katak dalam tempurung, biar pikran kita gak sempit-sempit banget kalo ngeliat dan nilai sesuatu apalagi sampe ngerasa paling bener
    salam kenal 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Hihihihi.. aku juga udah komen perdana loh di blogmu.. 😉
      Yup.. yang paling bahaya itu yang sampe ngerasa paling bener.. :eyeroll:

      Reply

  26. Mita

    Setuju denganmu Bebe. Aku juga selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak mudah nge-judge orang lain. Seseorang berperilaku sesuatu pasti ada motifnya, ada latar belakangnya, ada sejarahnya….yang mungkin sekali kita tidak pernah tahu. Buat aku, berpikiran terbuka dan empati jadi modal untuk urusan beginian sih Be 🙂

    Reply

    1. Bébé

      :good: Siph mbaaa.. aku juga masih belajar terus buat kayak gitu. Susah kadang2.. huhuhuhu.. :tears:

      Reply

  27. cha

    Berat bé topiknya beraaaadh!
    Kalo udah ngebahas masalah kaya diatas itu aku cuma bisa mingkem, tak berdaya :doh:

    Reply

    1. Bébé

      Ahahahahahahaha.. tenang.. besok2 udah ga berat2 lagi kok Cha.. ini nanggung, udah ditulis cape2 masak ga dipublish.. :laugh:

      Reply

  28. Memez

    Setuju banget Be, kita ngga perlu ngerasa perduli sama jalan hidup yang dipilih samaorangmlain. Hidp hidup dia, kenapa mesti rempong ya…. Sayang,disini banyak orang yang justru kepo sama hidup orang lain.

    Reply

    1. Bébé

      Hiks.. udah kebiasaan turun temurun kali yaaa.. :lonely:

      Reply

  29. Asep Haryono

    Hi hi saya belum sempat baca baca nih. Lain waktu I will read your awesome and interesting news and articles. Oh met kenalan ya, saya Asep Haryono , blogger di Pontianak. Kerja di Koran. Saya dulu pernah punya teman di Nynashm , Sweden. Berapa jauh dari lokasi mu ke tempat Nynashm itu?

    Reply

    1. Bébé

      Haloo.. makasih udah berkunjung kemari ^_^
      Semoga ga kecewa liat isinya yang kebanyakan asal.. ahahaha.. :mrenges:

      Wah kotaku jauh dari sana. Sekitar 6-7 jam kali ya kalau bawa mobil sendiri..

      Reply

  30. Fety

    Bukan jenis tulisan bebe sekarang, nih. Transformasi tulisanmu udah jauh banget yang Be hi..hi..

    Reply

    1. Bébé

      Hahahaha.. ini lagi tumben2an mba.. Eh tapi dulu juga tulisanku jarang serius gini kan.. Ini kayaknya pas abis makan obat nulisnya.. :laugh:

      Reply

  31. mamipapa

    berarti sekarang hidupnya nggak papan catur lagi yah be, udah jadi pelangi2 lebih indah hihihih :joyful:

    Reply

    1. Bébé

      Hihihihi.. dulu sih udah ga papan catur juga Fel.. tapi ga sepelangi sekarang.. 😉

      Reply

  32. Bibi Titi Teliti

    Aiiih…ga nyangka ternyata Bebe inih dewasa sekaliiiii…
    *pujian terselubung*…hihihi…

    Setuju Be,
    banyak gaul, banyak baca, dan mengetahui bahwa ternyata banyak banget hal lain yang tidak diketahui di dunia ini akan membuat kita tetep rendah hati dan gak suka hakimin orang lain 🙂

    Masih terus berusaha Be 🙂

    Reply

    1. Bébé

      AHahahaha.. emang biasanya ga keliatan dewasa ya mba? B-)

      Sama mba.. aku juga masih terus nih tiap hari.. :yes:

      Reply

  33. Orin

    Sepakat Be, susah untuk bener2 open minded ya. Jatohnya ya harus toleransi dan menghormati pilihan orang lain aja, walopun kita ga setuju bgt sama hal itu *errr…komennya sok serius jg deh keknya ini* qiqiqiqiqi :smileydance:

    Reply

    1. Bébé

      Yup.. emang susah Rin. Walaupun kayaknya udah ngerasa open minded tapi tetep yaa..kadang masih susah ngerti gitu kenapa begini, kenapa begitu. Harus terus belajar setiap hari.. :yes:

      Reply

  34. Allisa Yustica Krones

    Bener Be, walo kita tetep berpegang pada keyakinan kita, tapi tetep harus tau bertoleransi sama orang yang punya keyakinan laen. Lagian capek kali’ kalo dikit-dikit musti gontok-gontokan pendapat dengan orang laen 😀

    Reply

    1. Bébé

      Hahahahah.. iya, dan seringnya ga berujung juga ga sih? :eyeroll:

      Reply

  35. Lidya

    kalau belum bisa bertoleransi harus belajar PMP lagi tuh,, ooops ketauan tuanya aku hehehe jaman sekarang PKN ya. Bebe dulu tinggalnya dibekasi ya? jangan-jangan tetangaan ya 😀 aku juga di bekasi dari SD-SMA sekolah juga di bekasi. jangan bilang kalau satu alumni 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Ahahahaha.. kita seangkatan dong mba.. masih pake PMP.. ^_^
      Iyaa, aku di Bekasiii.. Jangan2 emang deket lagi.. :thinking:

      Mba SMU-nya dimana? hihihihi

      Reply

  36. zilko

    Iya Be, inilah sebenarnya salah satu alasan mengapa dulu aku pengen banget tinggal di luar B-) . Kita jadi lebih melihat dunia gitu, belajar bergaul dengan orang-orang dengan berbagai macam latar belakang, dll. 😀 Dengan berada di suatu tempat dimana latar belakang budaya yang berbeda, kita jadi dikondisikan untuk bertoleransi kan, hehehe 🙂 Dan menurutku sih ini berguna banget karena kita jadi toleran yang mana akhirnya bisa bergaul dengan lebih banyak orang lagi.

    Reply

    1. Bébé

      Yup… sama Ko.. persis sama.. kalau ngerasain secara langsung emang rasanya beda yaa.. ^_^

      Reply

  37. Kimi

    Saya setuju banget. Hidup ini tidak selamanya hitam atau putih. Ada warna-warna lain. Ada abu-abu, pink, biru, banyak! Kita memang harus berpikiran terbuka dan belajar menerima perbedaan. Susah memang, tapi saya percaya kita sebenarnya bisa kok asal kita mau. Dan, ketika kita berpikiran terbuka, bisa menerima dan menghargai perbedaan, niscaya dunia akan menjadi tempat yang nyaman untuk kita tinggali. 🙂

    Reply

    1. Bébé

      Amiiiiin.. Iyaa harus pelan2 tapi terus2an nyoba yaa.. pasti lama2 kebiasa 😀

      Reply

  38. niee

    Serius banget mbak be.. hehehehehe..

    Kalau tentang kemasyarakatan seh emang sering abu abu mbak. sekuatkuatnya kita berpendapat. selalu aja bisa berfikir berbeda.

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *